Eva mengerjap, masih mencoba mengingat dimana dia berada. Saat hendak menggerakkan tubuhnya, Eva merasakan sesuatu yang berat berada di atasnya dan perlahan dia melihat ke arah perutnya. Sebuah tangan kekar memeluknya dari belakang. Eva pun ingat semalam dia berada di rumah Evan dan dia ingat, dia harus menunggu di sofa karena Evan tiba-tiba masuk ke dalam kamarnya dan tidak kunjung keluar walaupun dia sudah menunggu lama.
Perlahan, Eva membalik tubuhnya dan melihat Evan yang masih nyenyak dalam tidurnya. Sangat nyaman rasanya pagi itu, paling tidak itulah yang dirasakan Eva saat ini. Berada disamping Evan dengan pria itu tertidur sambil memeluknya. Eva memperhatikan wajah Evan cukup lama, merasa bersalah atas beban yang harus dia berikan padanya.
Eva paham bahwa bagi Evan, memaafkan Sebastian jauh lebih dulit baginya dibandingkan bagi Eva. Namun, Eva pun berharap Evan tidak lagi hidup dengan kebencian. Selain memikirkan Sebastian, kini Eva semakin yakin bahwa ada nyawa seorang gadis tidak bersalah yang menunggu pelindungnya.
Memandang wajah tampan Evan, dengan rahangnya yang tegas itu tidak pernah membuat Eva bosan. Eva membelai wajah Evan dan dengan sangat perlahan mendaratkan ciuman di pipi Evan.
"Bisa kau lakukan lagi?" Eva tersontak kaget dengan suara berat dan serak khas orang bangun tidur Evan.
"Morning," kata Eva dengan tangannya masih di wajah Evan.
"Morning my beautiful Eva," jawab Evan masih terlihat melawan kantuknya.
Eva belum berani untuk kembali membahas permintaanya semalam. Evan sudah tidak terlihat marah lagi dan Eva akan sangat berhati-hati nanti saat dia menuntut jawaban Evan.
"Can I make you breakfast?" tanya Eva kali ini menelusuri rambut Evan dengan jemarinya.
"Eva, bisa berhenti melakukan itu?!" kata Evan cukup tegas walaupun dengan suara yang masih lembut.
"Maaf, aku tidak tahu kau tidak menyukainya," Eva pun dengan segera menarik tangannya.
"Bukan ... bukan itu Eva. You know .... In the morning .... Well .... Man is ..... " Evan mencoba menjelaskan dengan tergagap.
"Evan stop. Okay okay, I get it," kata Eva membungkam mulut Evan karena dia pun akan sangat malu jika Evan harus menjelaskannya dengan detil. Eva dengan cepat turun dari ranjang itu dan dia bisa mendengar Evan tertawa dibelakangnya.
*
Eva membuatkan pancake dan madu serta teh lemon panas. Eva menolak mandi di kamar mandi Evan karena apartemennya hanya berjarak beberapa meter dari tempatnya berdiri sekarang.
"Habiskan sarapanmu!" perintah Eva sebelum menutup pintu apartemen Evan.
"Wait Eva, bagaimana denganmu?"
"Aku sudah makan saat kau mandi tadi. Aku bersiap dulu!" kata Eva dan menutup pintu.
Seperti biasa, saat Eva sudah keluar dari apartemennya, Evan sudah berdiri disana sembari melipat kedua tangannya. Pria itu sama sekali tidak tahu bahwa postur tubuhnya yang seperti itu benar-benar menyiksa Eva. Eva bahkan membayangkan dirinya yang menyerang Evan duluan. Eva pun langsung bergidik.
"Kau kenapa?" tanya Evan heran.
"Tidak, tidak apa-apa. Ayo, aku terlambat," Eva berjalan cepat didepan Evan berusaha mengenyahkan pikiran memalukan yang barusan mampir di otaknya.
"Hei, tunggu! Astaga kenapa aku tiba-tiba merasa posisimu di kantor lebih crucial dibandingkan diriku!"
Teriak Evan karena Eva bahkan sudah menuruni anak tangga didepannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
Chick-LitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...