Part 31 - Wait for Me

6.6K 600 13
                                    

Evan duduk dengan tangan dilipat didadanya, menunggu seseorang. Lima belas menit kemudian, pintu pun terbuka. Ayahnya pulang membawa seorang wanita lagi. Kali ini, Evan mengingat wajah wanita itu. Dia bukan wanita muda yang biasanya dibawa pulang oleh Ayahnya. Wanita ini hampir seumuran dengan Ayahnya dan ini ketiga kalinya Evan melihatnya dibawa kerumah.

"Oh Hai Evan apa yang kau lakukan disini? Kukira kau masih di Australia. Apakah sudah waktunya kau meminta ijin untuk melamar Eva?" kata Ayahnya dengan tawa enteng khasnya saat berbicara dengan anaknya itu.

Jika biasanya Evan akan melihatnya dengan pandangan membunuh dan menjawabnya dengan ketus, kali ini Evan tidak bisa apa-apa selain menahannya dan berdiri sambil mengulurkan surat tadi dengan tangan kirinya.

"Apa itu?" tanya Ayahnya heran masih tidak bergeming dari tempatnya

"Kau perlu membaca ini. Aku juga baru mengetahuinya hari ini. Kurasa ini lebih ditujukan untukmu ketimbang aku." Evan masih menyodorkan surat tadi yang akhirnya diterima oleh Ayahnya.

Evan tidak memiliki kekuatan dan keberanian untuk tetap disana sementara Ayahnya membaca setiap kata yang tertulis pada surat itu. Semua yang dia kira selama ini ternyata salah. Dan Evan sama sekali tidak tahu apakah dia bisa memperbaiki semuanya. Setidaknya dia tahu baik dia, Ayahnya dan Ibunya, semuanya terluka.

Evan naik kekamarnya dan dengan sudut matanya dia bisa melihatnya Ayahnya spontan terduduk saat dia menatap surat tersebut.

Aku sudah sampai di apartemen. Beristirahatlah. Semoga semuanya berjalan baik antara kau dan Ayahmu setelah ini

Evan membaca pesan yang baru masuk ke ponselnya dari satu-satunya wanita yang mengisi hatinya. Evan tersenyum, ada kehangatan yang merasuk ke dadanya saat membaca pesan singkat dari Eva. Dia sangat bersyukur bisa kembali bersama Eva, bisa berbicara dengannya, dan membayangkan berbagi banyak hal dengan Eva membuatnya semakin tersenyum lebar.

Suara ketukan di pintu membuyarkan lamunan Evan. Pria itu melihat Ayahnya diambang pintu dengan raut wajah yang sama kalutnya dengannya saat dia tadi menemukan surat tersebut. Ada genangan air mata di wajah tua pria itu yang masih terlihat tampan di usia 50annya. Entah kenapa Evan merasa sangat bersalah dan kasihan kepada orang tua itu.

Ayahnya tidak berkata apapun, tapi tiba-tiba tubuhnya bergetar dan dia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Evan tidak kuasa dan langsung beranjak dari duduknya. Dia merangkul Ayahnya dan tanpa disadari keduanya larut dalam air mata mereka masing-masing.

"Maafkan aku Ayah ... maafkan aku, ...," kata Evan lirih sambil tetap memeluk pria tua itu.

Ayahnya tidak berkata apa-apa namun tangisannya semakin keras.

Setelah keduanya tenang, Evan dan Mr Phillips duduk di sofa ruang tamu. Evan menceritakan bagaimana Eva menemukan surat tadi. Ayahnya pun juga mulai terbuka padanya. 

Dia bercerita tentang seberapa besar dia mengagumi Julia istrinya, bagaimana terlukanya dia karena tidak kunjung berhasil membuat wanita itu jatuh cinta padanya.

"Ayah, aku bersyukur meneruskan perusahaanmu. Aku sempat berpikir untuk lari saat kau mengancamku tentang Eva," kata Evan.

Ayahnya tertawa, "Yah, aku sebenarnya juga takut kau akan meninggalkanku saat itu. Aku sendiri tidak yakin soal ancamanku waktu itu. Tapi saat itu aku sungguh heran dengan betapa seriusnya kau tentang dia. Dan aku bersyukur kau melakukannya. Kulihat kau sudah mendapatkannya kembali."

Evan tersenyum masam, "Entahlah ... aku masih berusaha. Kejadian dulu sepertinya masih membuatnya tidak percaya padaku."

"Maafkan aku Evan," kata Ayahnya sambil menepuk bahu Evan.

Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang