Eva dengan berat membuka matanya. Dia mengerjap saat tidak ingat berada dimana. Kemudian, dia melihat wajah Evan sedang menatapnya.
"Kau sudah bangun?" tanya Evan.
Eva berusaha untuk bangun dan ingat bahwa dia sepertinya tertidur di ruangan kantor Evan tadi. "Ini jam berapa?" tanya Eva saat dia sudah duduk dengan Evan masih berlutut di bawah sofa.
"Hampir jam satu malam. Aku khawatir badanmu sakit karena tertidur di sofa. Sepertinya suntikannya sudah bereaksi. Badanmu sudah tidak panas," kata Evan kembali memegang dahinya.
"Suntikan?" tanya Eva bingung.
Evan bangkit dan mengambilkan Eva segelas air putih. "Ya, tadi aku memanggil dokter kesini. Minumlah dulu lalu kuantar kau pulang."
Eva meneguk habis semua air putih yang diberikan Evan dan kemudian bangkit. Evan tampak ragu saat hendak memegang tangan Eva dan Eva melihat pria itu mengurungkan niatnya.
Selama perjalanan, Eva memejamkan matanya. Dia tidak sedang tidur, hanya saja dia pura-pura tertidur untuk menghindari percakapan dengan Evan.
Sesampainya di depan apartemen, Evan turun duluan dan membukakan pintu untuk Eva.
"Apa kau sendirian?" tanya Evan dengan dahi berkerut.
"Hu um. Jangan khawatir aku sudah baikan. Terima kasih. Aku masuk dulu," kata Eva sedingin mungkin, kemudian melangkah menuju kamarnya.
"Eva .... Aku akan memperbaiki semuanya. Tunggulah aku, jangan kemana-kemana," kata Evan di belakang.
Eva tidak berbalik karena yakin bahwa saat melihat tatapan mata Evan, kemungkinan besar dia akan luluh dan ingin memeluk pria itu. Tapi dia tidak ingin melakukannya. Tidak sekarang.
*
Keesokan pagi, saat terbangun Eva sudah merasa baikan. Obat yang diresepkan dokter Evan sangat manjur. Dia meraba-raba tempat tidurnya saat ponselnya berbunyi.
"Eva kau di apartemen kan? Nanti kujemput ya," kata Sarah cepat saat Eva memencet tombol terima di ponselnya.
"Sarah maaf bisakah kita keluarnya lain waktu? Aku baru merasa baikan. Semalam badanku panas," jelas Eva.
"Oh again? Is it because of him?"
"No Sarah, mungkin karena cuaca."
Eva bisa mendengar Sarah mendengus di seberang sana. "Oke, aku kesana sekarang. Ku bawakan banyak makanan supaya kau benar-benar sehat. Kita tidak perlu kemana-mana hari ini. Cukup berbincang yang lama saja. Tunggu aku."
"Berbincang atau menginterogasiku?" Eva sudah paham dengan temannya yang satu ini.
*
Kurang dari satu jam Sarah sudah sampai dan melepas syalnya karena udara diluar memang sedang dingin di bulan November ini.
"Apa kau sudah bertemu lagi dengannya?" tanya Sarah sembari membuka banyak sekali makanan dan minuman dari paper bag besar yang dia bawa tadi.
"Iya kemarin setelah hampir empat hari tanpa komunikasi sama sekali. Anehnya aku masih merasa merindukannya tapi aku masih tidak mau memaafkannya semudah lagi. Lagipula, berita di luar masih ramai. Entahlah," kata Eva sambil menerima salad yang disodorkan Sarah.
"Ya, kubilang juga sebaiknya kau menunggu. Kita lihat dulu langkah dia mengatasi banyaknya rumor yang sudah terlanjur beredar. Dia belum melakukan apapun. Apa kau tau Clara memposting apa di sosial medianya?" tanya Sarah dengan buru-buru mengeluarkan ponsel dari tasnya. Mulai lagi Sarah dan jiwa stalkernya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...