"I hate horror movies," keluh Cassie saat mereka berempat sudah berada di depan petugas kasir. Secepat kilat, Stevan menjawab bahwa mereka tidak akan menonton film apapun yang bisa menakuti Cassie bahkan sebelum dia menanyakan pendapat Eva dan Kimberly.
"Bagaimana dengan film detektif?" Usul Eva sambil menunjuk poster salah satu film yang sedang dipajang disana, yang membuat Stevan langsung menoleh pada Cassie sekali lagi seolah ingin memastikan bahwa gadis itu tidak keberatan.
Baik Kimberly dan Cassie tidak bereaksi apa-apa jadi mereka pun memutuskan untuk segera membeli tiket film tentang detektif yang terjebak dalam situasi dimana dia yang dijadikan tersangka pembunuhan.
Setelah membeli tiket dan popcorn serta minuman, keempatnya segera memasuki gedung theater. Film ini cukup terkenal terbukti dengan banyaknya penonton malam itu. Eva sudah meminta ijin pada Evan sebelumnya jadi dia tidak perlu khawatir pria itu akan menunggunya untuk pulang bersama.
Gedung bioskop perlahan mulai gelap menandakan bahwa akan film segera dimulai.
Eva cukup menikmati film itu dan sekitar pada menit ke tiga puluh, dia melihat wajah yang dia kenal dia layar besar itu. Dia yakin itu dia. William juga pernah mengatakan bahwa dia adalah seorang aktor baru yang sedang naik daun.
Eva cukup yakin bahwa itu dirinya. Ya, Sebastian. Kepalanya pun kembali dipenuhi kenangan mengerikan itu dan juga entah kenapa perasaan kasihan yang masih belum mampu dia hilangkan.
"Dia macho sekali ya si Danny itu," bisik Kimberly mengomentari peran yang dimainkan Sebastian. Walaupun perannya tidak terlalu banyak dan bukan juga peran utama, perannya cukup menarik perhatian. Eva tiba-tiba merasa mual, ada perasaan tidak enak pada perutnya dan dia memutuskan untuk memejamkan matanya setelah menyesap sodanya.
*
"Eva ... wake up ... Eva ....," Eva mendengar seseorang memanggil namanya dan menggucang-guncangkan tubuhnya. Perlahan Eva membuka matanya dan sedikit mengingat dia ada dimana. Setelah sedikit kesadarannya muncul, Eva baru ingat bahwa dia masih di gedung bioskop.
"I can't belive that you fall asleep Eva," gerutu Stevan. Baik Cassie dan Kimberly sama-sama cekikikan.
" You two stop laughing," kata Eva sembari memberikan tatapan jengkel pada kedua gadis didepannya.
"My boyfriend is picking me up. Dia sudah menungguku didepan gedung," kata Kimberly.
"Aku akan memanggil taxi," sahut Cassie.
"Cassie kau bisa ikut, maksudku, ehmm ... kalau tidak keberatan, aku akan mengantarmu pulang," kata Stevan yang menurut Eva temannya ini cukup cepat mengambil kesempatan untuk mendekati gadis itu.
"Benarkah? Kau tidak keberatan? Aku akan sangat senang," jawab Cassie dengan nada manja khasnya. Eva sedikit heran Cassie bahkan tidak menanyakan dimana rumah Stevan hanya untuk memastikan pria itu tidak mengambil arah yang berlawanan dengan rumahnya. But she guesses mungkin begitulah kalau kau sudah memuja seseorang.
Eva tahu bahwa rumah Stevan lumayan jauh dari sini. Pastinya berkendara lebih lama bukan menjadi halangan bagi Stevan.
"Bagaimana denganmu Eva?" tanya Kimberly.
"Aku akan memanggil taxi. Apartemenku tidak terlalu jauh dari sini," jawab Eva.
Keempatnya pun berjalan keluar gedung sambil sesekali membahas sedikit tentang film tadi dan sekali lagi menggoda Eva yang pastinya tidak tahu bagaimana ceritanya tadi. Sekali lagi, Eva memberikan mereka tatapan tajam.
"Hai, bagaimana filmnya?" suara itu menghentikan keempatnya. Keempatnya sempat terdiam secara kompak.
"Mr Phillips? Apa yang Anda lakukan disini? Apa ada yang harus saya selesaikan malam ini?" tanya Cassie dengan cepat dan gadis itu sudah melangkah beberapa langkah kedepan mendekati bosnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
Romanzi rosa / ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...