Part 29 - Sydney

7.1K 573 7
                                    

"Kau tidak mengharapkan aku akan tetap di hotel setelah aku sudah benar-benar berada disini kan?" Eva tidak sengaja ikut menaikkan nada bicaranya saat mendengar nada suara yang tidak kalah tingginya diseberang sana.

Eva yang siang itu memutuskan untuk berjalan-jalan sendiri karena dia tidak pernah ke Australia sebelumnya dan mengatakan pada Evan dia ingin menikmati suasana kota menjadi sangat kesal saat pria tersebut tiba-tiba menelponnya dan dengan keras kepalanya menyuruh Eva kembali ke hotel secepatnya.

"Kau bisa menungguku. Aku akan mengajakmu mengelilingi Australia jika kau mau. Jadi, kembalilah ke hotel sekarang dan jangan membantah," kata Evan diseberang sana.

Eva yang saat itu memegang ice cream di tangan kiri dan ponsel di tangan kanannya semakin kesal dengan perintah Evan. Tiga puluh menit sebelumnya gadis itu benar-benar menikmati berjalan-jalan disekitar hotel dan menyusuri jalanan sambil menikmati banyaknya toko-toko dan restaurant-restaurant yang ada disana. Dia sangat yakin kalau dia tidak menuruti perkataan Evan, detik berikutnya pria itu kemungkinan sudah berada didepannya dengan tatapan mata mematikan.

Dan Eva tidak terbang ke Australia untuk membuat Evan malah mengkhawatirkannya dan tidak fokus dengan apapun pekerjaan penting yang ada di hadapannya. Jadi, memutuskan untuk berhenti berdebat, Eva pun mengiyakan permintaan Evan.

"Fine, aku akan kembali ke hotel," kata Eva lemas.

Cuaca siang itu sangat bersahabat dan Eva adalah tipe orang yang menyukai kesendiriannya. Berjalan-jalan ditempat yang belum pernah dia kunjungi membuatnya sangat bersemangat namun rencananya harus buyar karena Evan sepertinya takut dirinya tersesat atau entah hal lain apa yang membuatnya khawatir dan mendesaknya untuk kembali ke hotel.

"Kabari aku segera setelah kau sudah sampai di hotel. I have to go now," kata Evan dan dengan segera menutup telponnya.

Eva berjalan kembali ke hotel dan menikmati sebanyak apapun yang bisa dia nikmati.


*

"You're so sweet miss."

Sontak hal itu membuat Eva berkata aww dengan pelan dan mengelus pucuk kepalanya.

"Siapa yang kau panggil sweet?" suara tegas itu cukup membuat Eva menegang sebelum kemudian membuatnya kembali sadar bahwa dia tidak melakukan kesalahan apapun.

Anak laki-laki itu pun segera beranjak setelah mengeluarkan kata "Cih" yang sengaja dia tujukan ke Evan yang sedang berdiri tegak dengan kedua tangan dia masukkan kedalam saku celananya.

"Lihatkan? Kutinggalkan sebentar saja sudah ada yang menggodamu," kata Evan kesal dan duduk di kursi samping Eva.

Dengan nada tidak percaya gadis itu menyahut,"Astaga Evan apa kau sedang serius? He's a 15 years old kid."

"He's still a boy dan usia 15 tahun itu sudah bisa digolongkan dewasa. Dia saja sudah berani mengatakan padamu kau sweet. Bukankan aku menyuruhmu istirahat di kamar?"

Eva sebenarnya masih jengkel pada Evan karena menyuruhnya kembali ke hotel tadi. Tapi saat ini Evan terlihat lebih kekanak-kanakan daripada anak yang baru saja dia dan Evan bahas jadi dengan malas Eva menjawab, "Kau menyuruhku kembali ke hotel bukan berdiam diri di kamar hotel. Oh astaga, kenapa tidak sekalian saja kau mengunciku di rumahmu."

"Apa kau tidak keberatan?" tanya Evan anehnya dengan nada serius dan mata berbinar-binar. Sadar bahwa Eva sudah mau memprotes, Evan pun buru-buru menambahkan, "Oke-oke aku hanya bercanda. Tapi aku benar-benar senang jika kau tidak ... "

Evan yamg sadar dengan tatapan tajam Eva, menutup mulutnya bahkan saat dia belum menyelesaikan kalimatnya.

Malam itu dan juga malam di hari selanjutnya, Evan benar-benar mengajak Eva berkeliling Sydney dan membawanya ke tempat-tempat yang cukup terkenal disana, menebus kesalahannya karena tidak membiarkan Eva berjalan sendirian. 

Di hari pertama, Evan mengajak Eva untuk makan malam di 360 Bar and Dining yang berada di Sydney Tower, tempat yang cukup iconic disana. Setelah makan malam yang sangat romantis tersebut, keduanya mengunjungi Sydney Observatory. Dan dimalam selanjutnya Evan dan Eva menikmati suasana di Sydney Opera House dan Sydney Harbor Bridge.

*

Eva melirik Evan yang dari tadi tidak lepas dari ponselnya begitu keduanya sudah sampai di bandara dan masuk ke mobil yang memang telah menunggu keduanya.

Siang itu keduanya telah sampai di New York setelah perjalanan panjang dari negeri Kangguru. "Eva bisakah kita kerumahku sebentar? Ada dokumen penting yang harus aku ambil sendiri dan aku tidak yakin waktuku cukup untuk mengantarmu ke apartemen terlebih dahulu," tanya Evan dengan raut wajah yamg terlihat lelah namun tetap lembut di mata Eva.

Dan Eva pun mengangguk. Dia sadar bahwa yang Evan katakan tadi adalah rumah bukan penthousenya. Tiba-tiba rasa penasaran merasukinya. Apakah ini rumah yang sama yang pernah dia datangi saat SMA dulu? Akankah ayahnya yang Evan katakan sebagai penyebab Evan pergi tanpa berpamitan padanya dulu akan ada dirumah itu?

Lamunan Eva buyar saat tiba-tiba dia merasakan tangan Evan menariknya, membuatnya duduk lebih dekat padanya di kursi penumpang mobil yang mereka kendarai. Evan mengecup pucuk kepala Eva dan sontak hal tersebut seperti mengguyurkan air segar keseluruh tubuh Eva. Dia tidak lagi merasa khawatir atau berpikir macam-macam lagi.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Evan dan gadis itu hanya bisa menggeleng sambil tersenyum.

Sekitar dua puluh menit kemudian keduanya sampai di pelataran rumah besar keluarga Phillips. Dan sesuai prediksi Eva, rumah tersebut adalah rumah yang sama dengan yang pernah dia datangi dulu. Beberapa pelayan menyambut kedatangan mereka dan membawakan koper beserta tas keduanya.

"Kau tunggu di kamarku karena aku akan kedatangan tamu sebentar lagi. Aku janji tidak akan meninggalkanmu terlalu lama," kata Evan kemudian mengecup bibir Eva singkat.

Eva meninggikan sebelah alisnya menyadari bahwa beberapa pelayan masih berdiri disana dan mengawasi mereka. "Apa itu perlu dilakukan? Dan kenapa aku harus menunggu dikamarmu?"

"Aku bisa melakukan lebih kalau kau mau. Dan untuk kamar, aku hanya ingin memberikan sedikit privasi," goda Evan.

"Oh sudahlah."

Setelah mengantar Eva kekamarnya yang dulu, Evan meninggalkan Eva yang tak lama kemudian menerima teh lemon dan pie apple yang disajikan oleh salah satu pelayan disana.

Dia sangat lelah namun kesulitan untuk memejamkan matanya mengingat saat ini dia sedang berada di kamar Evan. Kamar tersebut tidak banyak berubah dibandingkan dengan saat dia datang menjenguk Evan dulu. Letak tempat tidurnya masih sama, begitu juga rak buku dan juga foto-foto yang berjajar disana. Dia pun akhirnya menyisiri setiap sudut kamar Evan dan mencoba lebih mengenal satu-satunya pria yang mampu membuatnya jatuh cinta.

Disudut meja belajar yang ada disana, Eva mengambil foto dimana Evan kecil dan Ibunya sedang berdiri sambil tersenyum lebar didepan menara Eiffel. Almarhumah Mrs Julia terlihat sangat cantik dengan gaun terusan berwarna abu-abu dan Evan kecil terlihat sangat menggemaskan. 

Entah desakan dari mana, Eva ingin menyimpan foto itu untuk dirinya sendiri sehingga akhirnya tanpa menunggu persetujuan dari Evan dulu, dia mengambil foto tersebut dari framenya dan berencana untuk mengatakan pada Evan nanti setelah pria itu kembali dari meeting singkatnya. 

Saat hendak mengambil foto tersebut, secarik kertas yang dilipat dengan sangat rapi hingga ke lipatan yang cukup kecil terjatuh. Lipatan kertas tersebut tampak sangat usang dilihat dari warnanya. Dengan perlahan Eva membuka lipatan kertas tersebut dengan sangat hati-hati khawatir dia mungkin akan merobeknya. Saat berhasil membuka seluruh lipatan kertas tadi, Eva melihat tulisan tangan yang memenuhi kertas tersebut.

*

Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang