Setelah menginap di apartemen Eva, siang harinya Evan sudah harus terbang ke negeri Kangguru bersama William, sekretarisnya Erica dan dua kepala bagian. Sudah enam hari sejak dia berada di Australia dan disibukkan dengan berbagai meeting serta mengunjungi site-site penting yang berhubungan dengan Phillips Corp. Sayangnya dia, William dan tiga orang dari Phillips Corp lainnya harus mengextend perjalanan bisnis mereka karena pekerjaan mereka di Sydney belum sepenuhnya tuntas.
"God, I miss her a lot," gumam Evan pada dirinya sendiri. Saat itu sudah pukul sepuluh malam di Sydney dan Evan masih berkutat dengan laptop dan berkas-berkas didepannya ditemani William yang sayangnya sudah tertidur di sofa terlebih dulu dengan masih memeluk berkas yang cukup tebal.
Tidak pernah sehari pun terlewat bagi Evan untuk mengirimkan Eva pesan maupun menelponnya selama dia di Australia. Tapi dia ingin melihat dan memeluknya. Evan yang merasa sangat lelah pun menyadarkan kepalanya di kursi yang cukup nyaman yang sedang dia duduki saat itu dan memejamkan matanya.
*
"Mr Phillips wake up. You need to wake up Sir," ....
Evan masih sangat mengantuk namun ada suara yang menyuruhnya untuk segera bangun. 'Apa aku sudah harus bekerja lagi?'
"Mr Phillips ... come on. Wake up. I don't come here to see you sleeping," ....
Evan kemudian tersenyum masih dengan mata terpejam. Sepertinya rasa rindunya pada Eva sudah sangat akut karena suara Erica, sekeretarisnya, terdengar sangat mirip Eva. Evan memutuskan tetap tertidur karena menyukai fakta bahwa Eva datang di mimpinya.
"Evannnn .... Kau bisa terlambat. William menyuruhku membangunkanmu segera. Astaga bagaimana kau bisa tertidur di kursi seperti ini," suara itu lagi namun kali ini lebih nyata dan suara itu terdengar sangat tidak senang.
Evan pun berusaha bangun dan sedetik setelah dia membuka matanya, Evan langsung terbangun dan tidak mempercayai apa yang dilihatnya.
"EVA!!!" pekik Evan dan tanpa berpikir panjang menarik gadis itu ke dalam dekapannya dan memeluknya dengan sangat erat dan cukup lama.
"Evan ... cukup ... sakit," kata Eva dengan suara yang teredam karena wajahnya berada dalam pelukan Evan.
Evan akhirnya melonggarkan pelukannya dan menatap Eva, "Aku tidak sedang bermimpi kan?" kata Evan masih tidak percaya.
Eva terkikik mendengarnya, "Astaga kata-kata itu. Aku merasa seperti sedang dalam adegan drama romance. Apa kau ingin aku mencubitmu agar kau tahu ini nyata?"
"Sepertinya ciuman lebih bisa meyakinkanku daripada cubitan."
Dan tanpa permisi, Evan mengecup bibir Eva singkat sebelumnya kembali memeluknya. Evan bisa merasakan Eva tertawa dibawah pelukannya dan hal itu malah membuat pelukannya semakin erat.
*
"Aku akan beristirahat dikamarku. Dan kau Mr Phillips harus kembali bekerja," kata Eva setelah menjelaskan bahwa William yang memiliki ide untuk menerbangkan Eva ke Australia dan setelah pertimbangan yang cukup lama, Eva menyetujui permintaan William setelah William mengatakan bahwa Evan tampak sangat kelelahan dan yakin bahwa kehadiran Eva akan kembali menyegarkannya.
Evan sudah membersihkan dirinya dan mengganti pakaiannya dan Eva menunggu dengan sabar. Eva mengeluarkan ponsel dari tasnya saat secarik kertas terjatuh.
"You drop something," kata Evan yang telah memakai setelan jasnya mengambil secarik kertas yang terjatuh tadi. Evan kemudian menaikkan satu alisnya saat melihat tulisan yang ada di kertas tersebut. Sebuah nomer ponsel dan nama Christian tertulis dengan tulisan tangan.
"Siapa Christian?" tanya Evan dengan nada suara yang sangat serius, belum lagi tatapan matanya yang setajam elang membuat Eva bergidik berpikir apa dia sudah melakukan kesalahan.
"Christian?" Eva mengulang nama yang ditanyakan Evan tadi dengan bingung. Gadis itu mencoba mengingat.
"Iya, Christian," kata Evan sambil menunjukkan tulisan tangan di secarik kertas tadi. Saat Eva tanpa ada maksud apapun ingin meraih kertas tersebut, Evan dengan cepat menarik kembali tangannya dan menyembunyikan kertas tadi di saku jasnya.
"Oh, dia," kata Eva yang baru saja teringat. Evan semakin mengerutkan dahinya.
"Dia yang tadi duduk disampingku di pesawat. Dia mengajakku mengobrol dan saat pesawat hendak landing dia memberikanku itu," kata Eva sambil menunjuk kertas yang sekarang sudah ada di saku jas Evan.
Eva bisa melihat rahang Evan mengeras dan kemudian dia menelpon entah ke siapa, "Mulai sekarang Eva hanya boleh terbang menggunakan pesawat pribadiku." Setelah panggilan telpon singkat tadi, Evan kembali menatap Eva. 'Astaga salah apa aku,' batin Eva cukup terintimidasi dengan tatapan mata Evan.
"Apa kau tidak bilang kau sudah memiliki tunangan dan menolak barang haram ini," kata Evan kali ini dan kembali mengeluarkan secarik kertas tadi sebelum merobek-robeknya menjadi potongan yang teramat sangat kecil dan Eva sendiri yakin kalaupun dia berniat menyatukannya kembali dengan selotip dia tidak akan bisa melakukannya.
"Hah, tunangan?" tawa Eva. "Apa kau melihat ada cincin melingkar di jariku?" tanya Eva sambil melambaikan jari-jarinya.
Evan kemudian melakukan gerakan mengeluarkan kalung yang Eva tidak pernah sadari sedang dipakai Evan di balik jasnya yang rapi dan astaga Eva sangat menyukai melihat Evan memakai setelah jas rapi seperti sekarang ini. Dia bak supermodel yang akan terlihat sangat gagah dengan pakaian apapun yang dia kenakan.
Evan melepaskan kalung itu dan menunjukkan pada Eva ada dua cincin yang tergantung pada kalung rantai tipis tersebut. Evan mengeluarkan dua cincin yang tergantung itu dan meletakkan kedua benda melingkar tersebut pada telapak tangannya.
"Aku selalu memakai kalung ini sejak aku bekerja di Phillips Corp," Evan menunjukkan satu cincin yang sangat indah. Lingkaran cincin tesebut sederhana namun Eva sangat menyukai berlian berwarna biru langit yang tersemat ditengahnya dan ketika Evan membiarkan Eva memegang cincin tersebut, Eva menyadari ada nama Evan dibalik lingkaran bagian dalam cincin tersebut. Evan pun kemudian menyematkan cincin tersebut di jari manis Eva.
Evan kemudian memberikan cincin satunya, yang memiliki lingkaran lebih lebar dan berlian berwarna biru gelap tidak terlalu mencolok berada di tengahnya. Saat Eva sudah memegang cincin satunya, dia melihat nama Eva terukir di bagian dalam cincin tersebut. "Evan ... ada namaku disini," kata Eva tidak mempercayai apa yang dia lihat.
"Ya. Namamu. Eva Anderson. Bukan yang lain. Dan percayalah aku selalu membawa kedua cincin tersebut setiap saat."
Eva merasa dia sangat tersentuh dengan apa yang baru saja dia dengarkan. Matanya berkaca-kaca namun kemudian dia menyadari harus mengendalikan perasaannya. Jadi dengan nada menggoda Eva berkata, "Bukankah kau bilang aku belum menjadi miliku tapi kau adalah miliikku Mr Phillips."
"Peraturannya berubah sekarang. Kau. Milikku." Kata Evan dengan penegasan disetiap kata-katanya sebelum mengecup kening Eva dan meninggalkannya.
*
*
Uhukk ... Eva yang dicemburuin kenapa aku yang baper ya. Dengan porsi yang cukup, cowok yang lagi cemburu itu ngegemesin gak sih?
Kalau kalian suka, jangan lupa vote pleaseee ..... love you !!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
Chick-LitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...