Jam delapan malam. Eva terlalu tidak tega untuk membangunkan Evan namun pria itu tadi mengatakan padanya bahwa ada yang harus dia kerjakan. Setelah menyiapkan teh madu panas, Eva menghampiri Evan yang tengah tertidur dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
"Evan bagun, ... Evan ... Mr Phillips. Bukankah kau harus bekerja malam ini," kata Eva masih tetap mengguncangkan badan Evan pelan.
Tidak lama Evan mulai menggeliat.
"Hai," kata Eva saat melihat mata Evan mulai terbuka.
Evan menggerjap seperti masih lupa dia dimana. Setelah menoleh kekanan dan kekiri dan kembali melihat melihat Eva, dia tersenyum dan menarik Eva ke pelukannya sehingga kedua terbaring di sofa tersebut.
"Aku membuatkanmu teh hangat dengan madu," kata Eva.
"Terima kasih. Tidurku nyenyak sekali. Jam berapa sekarang?"
"Jam delapan. Maaf aku membangunkanmu. Kau bilang kau harus bekerja malam ini."
"Hu um."
Tapi Evan masih tidak beranjak dan masih memeluk Eva di dalam dekapan tubuhnya.
"Kau tahu," kata Evan. "Ingat saat kita harus ke Singapore dan aku duduk disampingmu dipesawat? Aku yang meminta William mengatur itu semua. Dan itu pertama kalinya aku berada dekat denganmu lagi setelah sekian lama. Jantungku berdetak sangat cepat. Dan bau mu. Masih sama dengan waktu itu. Aku sangat menyukainya."
"Aku sangat gugup saat itu. Sedih juga karena selama itu aku mengira kau benar-benar sudah melupakanku," kata Eva lirih.
"Maafkan aku. Saat itu aku sudah berjanji pada Ayahku. Dan aku sangat menginginkan dirimu. Karena itu aku melakukan semua itu," kata Evan dengan suara masih mengantuk.
Eva melepaskan dirinya dari Evan dan menarik tangan Evan untuk bangun juga.
"Ayo katamu kau ada pekerjaan," tegas Eva.
"Tapi aku masih ingin bersamamu. Apa boleh aku tinggal disini? Aku suruh William mengambil semua berkas dan laptopku."
"Tidak, kau harus bekerja dengan baik. Kau tidak bisa melakukannya disini."
Pria itu terdiam kemudian menyesap teh nya sampai setengah dan kemudian berdiri.
"Baiklah aku akan pulang dan kembali bekerja. Aku akan bekerja keras untuk bisa menafkahimu nanti."
Eva tertawa mendengar kata-kata Eva. "Alasan macam apa itu. Kau harus menafkahi jutaan karyawanmu."
"Ya, itu juga."
Setelah mengecup pucuk kepala Eva singkat, Evan pun berjalan keluar. "Aku masih bisa bekerja disini, kau tahu."
Eva hanya tersenyum dan tidak berkata apa-apa namun mendorong tubuh Evan keluar pintu.
Saat Evan sudah turun, Eva mengintip pria itu dari balik balkonnya. Evan berjalan menuju mobilnya dan mendongak kebelakang. Pria itu tersenyum saat melihat Eva sedang melihat kepergiannya.
"Evan!! Tunggu disitu sebentar!!" teriak Eva dari atas dan Evan nampak bingung.
Eva bergegas mengenakan scarfnya dan memasukkan beberapa buku kedalam tasnya kemudian keluar dan menuruni tangga. 'Oh kau dalam masalah besar Eva,' kata Eva pada dirinya sendiri.
Evan yang sudah kebingungan di depan mobilnya melihat Eva sudah menenteng tas nya dan memakai scarf abu-abunya.
"Kau mau kemana malam-malam begini?" tanya Evan cemas.
"Aku akan ikut denganmu," kata Eva sambil mengatur nafasnya.
Senyum lebar langsung terkembang, menarik gadis itu dan langsung memeluknya dengan sangat erat. Evan pun langsung membuka pintunya dan menunggu Eva masuk seolah-olah khawatir Eva akan mengubah pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...