Ini pertama kalinya Eva bepergian jauh dan ini pertama kalinya juga Eva naik kelas bisnis. Tempat duduknya sangat nyaman dari bahan kulit berwarna abu-abu muda dan cukup luas. Ada sandaran untuk kakinya. Eva melihat tiketnya dan menunjukkan ke pramugari. Pramugari cantik yang tidak pernah lupa untuk tersenyum tersebut menunjukkan tempat duduk Eva. Dua baris tempat duduk dan seat dia berada disamping jendela. Eva bersyukur dalam hati.
Eva terlalu sibuk membaca majalah yang disediakan disana saat Evan tiba-tiba duduk disampingnya. Dia menoleh sebentar sebelum memaksakan dirinya kembali ke halaman majalah tadi. Kali ini tidak fokus dengan apa yang dia baca tapi lebih fokus dengan debaran jantungnya sendiri. Tidak lama, Evan bangkit entah kemana. Saat itulah Eva berusaha untuk kembali mengatur nafasnya, meyakinkan diri sendiri bahwa dia akan baik-baik saja. Bahwa dia akan bisa bersikap wajar. Bersikap normal.
Saat itulah Christine tiba-tiba duduk di tempat duduk Evan disebelahnya.
"Eva, bisakah kau bertukar tempat duduk denganku?" tanyanya.
Eva mengenal Christine walaupun mereka hampir tidak pernah berbicara saat berada di kantor. Christine cukup terkenal sebagai primadona perusahaan. Dia dikenal cantik, kaya dan pintar. Perpaduan yang tidak semua orang bisa punya. Dan kali ini tatapan Christine cukup mengintimidasi, membuat Eva tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakannya.
Gadis berambut merah itu memekik kegirangan saat Eva dengan pelan mengangguk. Eva pun bangkit dari duduknya dan menempati kursi Christine setelah gadis itu mengatakan bahwa dia duduk disamping William.
William tampak kebingunan saat Eva tiba-tiba duduk disebelahnya.
"Christine yang memintaku," kata Eva tanpa menunggunya bertanya.
William menjawab "Oh" pelan.
Beberapa saat kemudian Evan muncul dan Eva memperhatikan bahwa dia menuju kursinya yang berada di barisan belakang tempat duduknya sekarang.
"Sudah pernah ke Singapura sebelumnya?" tanya William ramah.
"Belum. Lebih tepatnya aku belum pernah keluar U.S. sebelumnya," jawabnya sambil mengangkat bahunya. Eva sedikit tersinggung dengan ekspresi kaget William.
"Kau hanya perlu tidur selama perjalanan panjang ini."
"Entahlah, ... sebenarnya aku berniat untuk benar-benar menikmati semuanya. Pemandangan di luar jendela, dan layanan kelas bisnis," jawab Eva tidak bisa menyembunyikan sedikit tawa di nada bicaranya.
"Baiklah, aku akan menemanimu sebisa mung .." William tidak menyelesaikan kalimatnya saat melihat Evan sudah berdiri disampingnya. Evan tidak mengatakan apa-apa namun William tiba-tiba mengerang. Eva nampak kebingungan namun keduanya seolah lupa bahwa Eva ada disana. Seolah mereka sedang berbicara dengan mata mereka yang hanya mereka berdua tahu apa yang mereka bicarakan.
William akhirnya dengan gontai beranjak dari duduknya dan berjalan kearah kebelakang yang Eva sendiri tidak yakin kemana. Evan sendiri kembali ke tempat duduknya.
Eva masih tidak yakin namun memutuskan untuk mengambil ponselnya dan mengambil beberapa foto selfie.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eva(N) - Eva Belongs to Evan [COMPLETED]
Romanzi rosa / ChickLitEva Anderson adalah hal terakhir yang Ibunya bicarakan dengan hebohnya pada Evan. Ya, nama Eva-lah yang dibicarakan Ibunya saat Ibunya melihat gadis itu di depan pagar sekolah. Dan itu adalah hari terakhir dia bisa bertemu Ibunya karena sesaat setel...