bab 1

24 5 7
                                    

Orang-orang atau lebih tepatnya, murid-murid, berseliweran di tengah lapangan sekolah. Mereka sibuk samper-menyamper teman mereka yang berbeda kelas.

Biasanya tidak seramai ini. Mungkin karena awal kenaikan kelas sekaligus hari pembagian kelas, banyak orang lebih semangat berangkat. Mereka menebak-nebak siapa yang akan jadi temen sekelasnya-mungkin sahabatnya, pacarnya, atau bisa jadi musuhnya.

Aku berjalan santai melewati keramaian dan tidak memedulikan sekitar-jangankan berharap bertemu teman, berharap disapa ataupun menyapa juga tidak. Melewati lorong, menaiki tangga, beberapa kali juga banyak yang menaruh pandangan kepadaku, tapi aku lagi-lagi tidak peduli.

Kelasku di lantai dua, berada di gedung samping, tidak terlalu pojok, lumayan cukup mendapat sinar matahari. Dulu waktu kelas 8, aku tidak terlalu ingin di kelas itu, tapi dipikir-pikir tidak buruk juga.

Aku berdiri di depan kelas lamaku. Dengan palang kelas yang menyambut bertuliskan 8G.

Aku masuk ke dalam kelas dan melihat salah satu temanku sudah datang. Teman yang tidak telalu dekat tepatnya, tapi kami cukup sering main bersama.

Ya selama kelas 8 aku hanya punya dua teman dekat karena tempat dudukku jauh dari anak perempuan dan dekat dengan anak laki-laki. Aku cukup dekat dengan anak laki-laki, tapi itu tidak cukup untuk memanggil mereka teman dekat. Dan temanku yang sudah datang ini, aku baru mengenal dekat saat praktek kenaikan kelas.

"Hai Dhira," sapa Mila singkat.

"Hai juga." Aku duduk di kursi dekatnya-dia duduk di meja. "Naura sama Via belum datang ya?" lanjutku.

"Belum," jawabnya pendek. "Setel lagu ah," ujarnya.

Dia menyetel lagu yang aku juga tahu. Lagu kpop baru belakangan ini. Lumayan, aku jadi ada bahan obrolan dengannya-ya walau harus dia yang memulai.

Akhirnya kedua teman dekatku itu datang. Aku jadi merasa tidak canggung lagi. Setidaknya aku lebih punya banyak topik obrolan saat ini.

Sebenarnya sudah dari rumah aku sangat cemas. Aku takut tidak satu kelas dengan teman dekatku, aku takut sekelas dengan anak-anak famous dan berkuasa. Aku tidak ingin terlihat menjadi sangat pendiam dan menyedihkan. Berulang-ulang kali aku berdoa setidaknya aku satu kelas dengan salah satu teman dekatku, atau kalau tidak, dengan teman dekatku saat kelas 7.

Pagi itu berjalan cepat, bahkan aku tidak sempat menyapa teman-teman lelakiku. Kami semua disuruh turun kelapangan untuk upacara pagi.

"Udah sini baris di belakang aja, ada pohon, biar ga kepanasan," kata temanku Naura

Kita semua menyetujui karena entah mengapa pagi itu cerah sekali bahkan matahari sudah terik.

"Eh lihat-lihat!" Seru beberapa anak dari barisan lain. "Absen kelas 9F, 9G,9H sudah dibagikan." Mereka heboh berkerumun-tidak semua, tetapi sebenarnya cukup berisik.

Via yang merupakan teman dekat dari salah satu mereka ikut menimbrung, "Eh ikut liat dong," "Kalo perlu share aja deh, share aja." Teman Via hanya mengangguk dan men-sharenya kepada Via

Aku yang sudah cemas daritadi ikut melihat ke handphone Via, "Liat juga woy," kataku.

"Eh nama lo ada di kelas 9H Nau," kata Via heboh sambil menggoyang-goyangkan tubuh Naura.

Naura hanya manggut-manggut karena sudah merasa tenang namanya ada di daftar kelas tersebut. Sedangkan aku masih cemas karena namaku tidak ada di daftar. Tapi untungnya temanku Via juga tidak ada di daftar. Dengan kata lain, harapanku hanya bisa sekelas dengan Via.

Tapi sayangnya tidak mungkin.

Hopeless [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang