Kelas selesai. Seharian tadi aku tidak ada niat untuk mendengarkan dosen—walau sehari-hari juga tidak pernah mendengarkan. Aku keluar kelas, celingak-celinguk mencari pria yang memakai topi hitam dan masker putih itu. Dia satu fakultas denganku, tapi sayangnya, satu fakultas tidak hanya puluhan orang.
Setelah mengitari kampus, aku pasrah—memutuskan untuk pulang, tapi kali ini aku tidak ingin langsung kembali ke apart, aku ingin menikmati sunset di pinggir sungai di kota ini. Aku memilih alamat tujuan, menunggu ojek online, lalu berangkat menuju kesana.
Cuaca lumayan lembab—tidak panas, tidak dingin. Aku memilih mencari kursi yang jarang di duduki orang. Tempat terbaik untuk menyendiri. Aku menengadahkan kepala, melihat awan yang sebentar lagi akan berubah warna. Memikirkan hal-hal yang aku lewati sampai sejauh ini. Aku menaikkan kakiku dan merapatkannya, lalu membenamkan kepalaku di lipatan tangan.
Cukup lama, karena lagi-lagi aku menangis. Merasa sendirian, merasa tak ada yang mengerti, bosan hidup, semacam itu. Jika seseorang melihatku, mungkin mereka akan melihat bahuku bergetar, tapi tangisku tak bersuara. Aku hampir tertidur karena lelah menangis.
Aku mendongakkan kepalaku lagi untuk melihat sunset. Indah sekali. Hanya ini bahagia paling sederhana di hidupku.
Tanpa aku sadari, di totebagku tertempel sebuah note berwarna biru. Aku melihatnya, melepas rekatannya dari tasku. Note itu tertulis:
Jangan sedih Tuan Putri, ada banyak hal yang menanti dan membutuhkanmu di dunia ini. Hapus air matamu, lalu tersenyum. Tersenyum adalah obat paling baik untuk mengobati rasa sakit :)
Aku tersenyum—bukan karena hal yang dianjurkan oleh note ini, tapi karena aku merasa berharga kembali setelah menbaca note ini. Siapa yang memberikannya? Kenapa aku tak merasa? Aku melihat sekeliling, orang-orang hanya sibuk melihat sunset. Tapi benar kata note ini, tersenyum membuatku lebih baik.
Aku mengambil totebagku, bergegas untuk pergi—kembali kerumah, berjanji akan melakukan semuanya dengan baik lagi. Hari ini cukup, dua hal paling asing, justru bisa membuatu tersenyum.
🔰🔰
Aku memasuki kelasku seperti biasa, yang tak biasa adalah aku melihat note berwarna kuning di kolong mejaku. Aku heran, tempat dudukku dibelakang, jadi jarang ada yang mengunjungi. Aku baca note itu, dan isinya:
Menu hari ini adalah es krim coklat, jangan lupa untuk mencicipinya, kamu pasti suka. Oh ya, satu lagi, kamu semakin cantik saja jika tersenyum, jangan berhenti tersenyum ya. Ayo buat matahari iri dengan senyummu!
Aku terseyum dan semoga tidak ada yang melihat aku tersenyum sendiri di kelas—nanti aku disangka gila. Sepanjang kelas, aku berkali-kali membaca ulang note itu. Aku akan mencoba menurutinya untuk membeli es krim coklat saat pulang nanti.
Aku berjalan menuju kedai es krim. Meminta ibu penjual es krim itu untuk membuatkan es krim coklat.
"Neng Dhira ya?" tanya ibu penjual tiba-tiba.
"E-eh iya, Bu," jawabku.
"Sebenarnya hari ini tidak ada menu rasa coklat, tapi seseorang menyediakan khusus untuk Neng Dhira," jawabnya sambil beranjak menyiapkan es krim itu.
Aku hanya diam kaku, tidak tahu harus merespon apa. Banyak hal simpang siur di kepalaku.
"Ini es krimnya, dan ini notenya. Selamat menikmati, Tuan Putri," ucapnya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk sambil mengucapkan terima kasih dan lekas pergi darisana.
Aku mendapatkan note lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless [Completed]
RomanceNamaku Dhira Samantha. Banyak orang mengira hidupku baik-baik saja, nyatanya tidak. Hidupku penuh pahit, bukan karena memang semenyedihkan itu, tapi karena Tuhan tidak pernah mengizinkanku untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan. Aku bersemayan di...