Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Ini adalah hari minggu, jadi aku bisa puas bangun kapanpun. Tak gegas merapikan tempat tidur, aku memilih untuk main handphone terlebih dahulu—mencari tempat menarik di sekitar sini, yang bisa di datangi, setelah itu menerapkan jadwal aku akan pergi kemana.
Pertama, aku akan belanja kebutuhan apart di supermarket. Kedua, aku akan makan di restoran dekat sungai kemarin. Dan yang terakhir, aku akan ke cafe yang isinya banyak kucing. Pasti itu akan menyenangkan sekali.
Aku segera mandi, membersihkan diri, lalu memilih baju yang cocok untuk hari ini. Aku memakai rok selutut berwarna kuning dengan motif bunga, lalu aku tutup mengenakan jaket sweater berwarna krem, dan tak lupa mengenakan sneaker putih kesayanganku. Aku menguncir kuda rambutku yang panjang, lalu siap berangkat.
Aku pergi ke supermarket menaiki ojek online, belanja beberapa barang, dan berakhir dengan membawa dua kantung plastik berukuran sedang. Lalu aku berangkat ke destinasi selanjutnya untuk makan siang, perutku sudah lapar sekali.
Sesampainya disana, aku masuk ke sebuah restauran sushi, memesan beberapa makanan. Aku suka tempat ini—tidak ramai tapi juga tidak sepi. Aku dengan lahap menghabiskan sushi ku. Setelah itu, aku memutuskan untuk jalan-jalan terlebih dulu di central kota. Jam segini, performance belum dimulai, jadi lumayan sepi.
Beberapa orang duduk di kursi—banyak dari mereka sedang berpacaran. Aku mengecek isi tas selempang kecilku, memeriksa uang yang masih tersisa, aku mendengus lega karena isinya masih lumayan banyak.
"Fuhh," dengusku lega. "Cuaca hari ini cerah sekali, hai burung-burung, hai awan-awan, hai matahari, kalian cantik sekali," ucapku menyapa mereka.
Aku memutuskan beranjak kembali—tidak sabar ingin ke cafe kucing.
Tiba-tiba seseorang berlari ke arahku, menarik tas selempang yang aku gunakan, memaksanya melepas dari pundakku. Aku teriak, tapi tidak ada yang bisa mendengar karena aku di tempat yang cukup sepi. Orang itu berhasil mengambil tasku, beserta uang-uang di dalamnya—untunya handphoneku ada di tas, tapi sama aja, aku tidak ada saldo di handphone dan juga aku tidak ada uang sepersenpun sekarang.
Aku menangis sambil menutup wajah dengan tanganku, barang-barangku sudah terjatuh karena aku tak bisa menahannya tadi—berserakan. Keadaanku benar-benar sangat menyedihkan, tak bisa dipungkiri betapa kacaunya aku saat ini.
Tanpa aku sangka, seseorang memegang leher belakangku, menarik pinggangku, dan membawaku ke pelukannya. Pelukan yang familiar bagiku. Menenangkan—itu yang aku rasakan saat ini. Aku membalas pelukannya, walau masih samar siapa dia, aku tidak peduli. Aku hanya ingin memeluknya.
Pria itu membisikkan sesuatu di telingaku.
"Maaf aku terlambat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless [Completed]
RomanceNamaku Dhira Samantha. Banyak orang mengira hidupku baik-baik saja, nyatanya tidak. Hidupku penuh pahit, bukan karena memang semenyedihkan itu, tapi karena Tuhan tidak pernah mengizinkanku untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan. Aku bersemayan di...