Hari ini adalah hari tampil test solo vocal, aku menyanyikan lagu The Show milik Lenka. Bagiku, itu lagu yang mudah dihapal dan aku bisa mencapai nadanya.
Aku tidak perlu menunggu lama agar namaku dipanggil—aku juga tidak tahu kenapa karena sebenarnya dipanggil secara acak.
Aku maju kedepan kelas, memberikan buku tulis berisi lirik kepada guru untuk dinilai, dan membenarkan posisiku tepat di tengah depan kelas.
I'm just a little bit caught in the middle
Life is a maze and love is a riddle
I don't know where to go, can't do it alone
I've tried and I don't know why
Aku bernyanyi dengan serius, walau berkali-kali menjatuhkan pandangan kepada pria itu. Dia duduk di depan, menengadah melihatku. Aku berkali-kali menahan agar tidak tersenyum, mencoba bekerja sama dengan hatiku —agar tidak salah tingkah.
Aku selesai, mendapat tepuk tangan oleh semua teman sekelas dan guru SBK-ku, kembali ke tempat duduk dengan malu-malu.
"Bagus, Ra," kata Jessi sambil menepuk pundakku.
"Makasih," kataku sambil mengangguk malu-malu.
Teman-temanku mulai dipanggil maju kedepan. Ada yang membawa alat tulis, ada yang suaranya menggelegar bagai diva, ada juga yang suaranya kecil karena malu, tapi aku tahu mereka semua berbakat.
🔰🔰
Bel istirahat pertama belum berbunyi, kira-kira masih 10 menit lagi, dan ini waktu yang tepat untuk aku dan Jessi menjalankan misi.
Misinya adalah izin ke guru Bahasa Indonesia untuk pergi ke toilet, padahal kami ingin beli mie terlebih dahulu—berhubung jika istirahat pertama sudah dimulai, kios itu akan cepat penuh oleh anak laki-laki, dan kelas kami jauh, jadi ya ... kami memutuskan untuk melakukan misi ini.
Kami pesan mie tidak terlalu lama, balik ke kelas dengan keadaan bel istirahat sedang berbunyi. Kami mengintip dari jauh apakah guru itu sudah keluar—seringkali sudah keluar, jadi kami aman. Tenang kami melakukan ini hanya ketika pelajaran Bahasa Indonesia karena gurunya baik.
Beberapa teman sekelas yang melihat kami sudah membawa sepiring mie ke dalam kelas tak jarang mendengus, "Dua dakjal tuman." Ya kami tidak peduli.
Menghabiskan mie di dalam kelas ber-AC memanglah hal paling menyenangkan. Keren saja ketika satu piring mie bisa merubah mood kami secara drastis hanya dengan sekali suap.
Tak jarang teman-teman kami berkata, " Mie terosss ... Usus lo berdua ga pindah ke leher kan?" Kami tidak memedulikan guyonan yang tidak berfaedah itu—toh kami juga tidak makan mie setiap hari.
Biasanya aku dan Jessi bersama tiga temanku yang lain yaitu Tisa, Rani, Fina menghabiskan bekal atau jajanan bersama-sama saat istirahat. Membicarakan hal tidak penting seperti,
"Eh kita kalau nonton film yang durasinya 3 hari di bioskop jadi gimana ya?" Tanya Rani—karena saat itu sedang marak-maraknya film Avangers berdurasi 3 jam.
"Meninggal," jawabku santai, sambil menyumpit mie kesayangan.
"Kita akan jadi zombie, makan satu sama lain," jawab Tisa menakut-nakuti.
"Alay nih orang," cibir Fina sambil menunjuk Tisa.
"Iya ih, alay, sok asik," godaku sambil memasang wajah jijik.
"Ga usah temenin yuk, jauhin aja yuk." Jessi ikut mengompor-kompori.
Kami tertawa bersama. Membecirakan hal konyol dan random memanglah hal paling menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless [Completed]
RomanceNamaku Dhira Samantha. Banyak orang mengira hidupku baik-baik saja, nyatanya tidak. Hidupku penuh pahit, bukan karena memang semenyedihkan itu, tapi karena Tuhan tidak pernah mengizinkanku untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan. Aku bersemayan di...