Pada pagi hari ini, seperti biasa Joy telah siap untuk sekolah namun ia tidak seperti murid rajin dan teladan biasanya. Bel sekolah berbunyi jam 7:30 namun, jarum jam sudah menunjukan angka yang sama, sedangkan gadis itu masih berdiri di depan cermin di kamarnya untuk mengoleskan lipstick pink miliknya.
Tak lupa ia juga menggulung lengan seragamnya dan melipat roknya sehingga menjadi lebih pendek. Kini, ia tersenyum melihat penampilannya yang telah sempurna.
"Kok gue jadi kaya cimoy montok ya? Ya udah lah ya, citra gue juga udah buruk di sekolahan, jadi nggak masalah dibikin tambah buruk," cibir Joy yang kini mengambil tas sekolahnya yang terlihat kecil atau bahkan tidak pantas disebut sebagai tas sekolah.
Ia pun bergegas keluar dari kamarnya untuk berangkat sekolah. Tanpa sarapan, ia pun melewati dapur dan langsung menuju pintu. Namun, ia melihat dari arah berlawanan, sosok kakak laki-lakinya yang kelima—Taehyung.
Tanpa melirik maupun tersenyum pada sosok laki-laki itu, Joy melengos pergi dengan wajah dinginnya. Taehyung hanya tersenyum kecut sesaat Joy melenggang pergi tanpa meliriknya sedikit pun.
"Mang, tolong anterin Joy boleh? Tapi pakai motor aja ya! Joy udah telat nih. Kalau naik mobil nggak keburu," desak Joy pada Mang Ujang yang terlihat sedang mengelap mobil sedan milik Jin—anak sulung dari keluarga Tommy.
"Siap, Neng!" jawab Mang Ujang—sopir pribadi keluarga Tommy.
[We / Used / To / Be / A / Family]
"Kamu niat sekolah, nggak sih? Datang telat! Dandanan kayak perempuan nggak bener! Dasi nggak dipakai, lengan digulung!" Wanita yang memakai kaca mata itu terlihat sedang menghardik muridnya.
Joy hanya memainkan kuku jarinya sesaat mendengar ocehan dari guru piketnya—Bu Sisy.
"Pakai anting juga sebelah doang! Jari dikutekin! Coba lihat kaki kamu sini! Terakhir Ibu nyuruh kamu hapus tato. Udah belum?!" hardik Sissy yang terdengar garang seperti Ibu kosan.
"Belum. Lagi miskin."
"Bikin tato bisa, hapusnya nggak bisa! Kamu tuh jangan semena-mena kalau ke sekolah! Emangnya nih sekolahan punya Papa kamu?!" cecar wanita paruh baya yang merupakan guru tergalak di SMA Presidency.
"Anggap aja kayak gitu."
Bu Sisy memijat pelipisnya. "Aduh Ibu nggak paham lagi sama kamu! Udah lah. Kamu ke ruang BK aja! Ketemu sama Kak Seulgi!" berang wanita itu dengan nada yang sangat gusar.
Joy berdecak lalu melangkahkan kakinya menuju ruang BK di mana menjadi tempat tongkrongannya sehari-hari karena tak pernah absen untuk berada di sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...