"Lo mau minta obat tidur lagi? Gila, nggak! Minggu lalu lo udah minta dan sekarang lagi? Lo minum tiap hari apa gimana?" Terdengar suara Chanyeol yang terdengar tegas menghiasi ruang tamu di mana adik laki-lakinya yang tengah bermain FIFA merasa terganggu.
"Pokoknya tetep nggak! Lo bakalan addicted dan bahkan overdosed! Lagi pula itu melebihi dosis kalau gue kasih obat ke lo!" lanjut Chanyeol yang kembali menghardik.
Belum ada jeda sepuluh detik, Chanyeol kembali menghardik melalu sambungan telepon. "Kalau lo terus-terusan maksa gue buat nga—halo?"
"Keras kepala banget elah!" Chanyeol mengumpat kesal karena menghadapi sifat salah satu pasiennya yang sangat membuatnya dihadapi dengan ujian kesabaran.
"Itu pasien sakit jiwa yang dititipin cewek lo ya, Bang?" tanya laki-laki yang mengenakan kaos putih polos melirik kakaknya sekilas karena ia masih bermain game.
Chanyeol menyentil telinga adiknya. "Sembarangan! Nggak semua orang yang ditanganin psikiater tuh gila! Ngerti nggak?"
"Iya-iya maap. Habis, ada aja kelakuannya bikin lo emosi mulu. Gue juga sering denger lo telponan sama Kak Wendy soal dia sebelumnya."
"Ya namanya juga kerjaan. Gimana sekolah lo? Enak?"
"Gue habis bikin anak orang masuk rumah sakit."
Chanyeol melotot. "Pantesan lo nyuruh gue jangan angkat telpon dari nomor yang nggak dikenal!" hardik Chanyeol namun adiknya hanya memberi cengiran tak berdosanya.
"Kenapa lagi emang? Jangan sampe lo pindah sekolah lagi ye gara-gara bermasalah mulu!" lanjut Chanyeol.
"Dia ganggu temen gue. Gue nggak suka."
"Oh? Tapi jangan lupa kata Mama. Mama nggak suka ngeliat lo harus babak belur karena berantem. Mama pasti sedih liat lo kayak gitu di atas sana."
Jeno tersenyum tipis. "Gue udah terlanjur ngelanggar janji gue sama Mama."
[We / Used / To / Be / A / Family]
"Dua hari dia nggak masuk. Gue kayak orang kesetanan di sini," gerutu Jeno begitu melihat kehadiran Joy yang datang telat di kelasnya. Setidaknya, melihat Joy tersenyum pada gurunya meskipun ia tau itu senyuman paksa—mampu membuatnya tenang.
"Habis diculik Prabowo ye lo?" cibir Jeno yang membuat Joy meliriknya kesal.
"Gue baru masuk jangan bikin emosi," ketus gadis itu yang kini sudah duduk manis di tempatnya.
"Bodo. Gue mintain nomor ke anak-anak nggak ada yang punya nomor lo. Even gue tanyain ke TU juga nomornya invalid. Lo ngasih nomor togel ye? Gue juga DM lo nggak dibales."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...