t h i r t y f o u r

1.1K 252 35
                                    

"Don't let the anxiety and toxic thoughts control yourself

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Don't let the anxiety and toxic thoughts control yourself."

Perkataan yang sering diucapkan oleh Wendy terus dipaksa oleh Joy untuk melekat dalam pikirannya agar dirinya tenang. Gadis itu sulit tidur semalam dan bahkan, ia baru tertidur pukul lima pagi dan terbangun pukul enam untuk bersiap-siap berangkat sekolah. Gadis yang sudah memakai seragam sekolahnya itu terlihat kembali meminum obat penenang—berharap dirinya merasa jauh lebih tenang.

"Pasti cuma orang iseng. Dad will be okay. Everything is gonna be alright," gumamnya seraya mengepalkan tangannya dengan kuat untuk memberi kekuatan pada dirinya sendiri.

Setelah memoles sedikit liptint agar bibirnya tidak terlihat pucat, gadis itu kini melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya. Seraya kakinya menuruni anak tangga, gadis itu menyeluk kantong seragamnya untuk mencari ponselnya lalu mematikan ponselnya. Untuk menenangkan dirinya, setidaknya ia harus menghindari diri dari ponsel yang sewaktu-waktu dapat pesan seperti itu lagi dari ornag yang tak dikenal.

"Non!" Bi Yaya yang memanggilnya membuat gadis itu menghentikan langkahnya dan menoleh.

"Ini bekal untuk sarapan buat, Non. Den Taehyung yang nitip sebelum dia berangkat kampus," tukas Bi Yaya yang kini menyodorkan kotak makan berwarna biru muda.

Joy sempat terdiam sejenak karena semejak keluar dari rumah sakit, kakak laki-lakinya itu tak ada hentinya untuk memberinya sarapan. Padahal sebelumnya, gadis itu memang tidak sarapan sebelum berangkat sekolah.

Gadis itu mendesah pelan seraya menerima kotak makan tersebut. "Makasih, Bi. Aku berangkat sekolah dulu ya."

[We / Used / To / Be / A / Family]

Saat bel istirahat berbunyi, gadis yang duduk di kursinya namun punggungnya bersandar pada tembok kelas itu terlihat sedang berbincang dengan seseorang melalui telepon. Perlahan, bahunya merosot ketika lawan bicaranya membuat dirinya menjadi sendu. "Yah...Kak Namjoon lagi seminar di luar kota? Padahal aku mau main di kantor Kak Namjoon..."

Gadis itu terlihat terdiam karena sang lawan bicara yang masih berbicara dari sebrang sana. "Nggak papa, aku cuma mau mampir sebentar doang. Kantornya Kak Namjoon nyaman soalnya."

Gadis itu sempat terdiam sejenak sebelum akhirnya kembali berbicara. "Aku boleh numpang tidur di apartement Kak Namjoon aja nggak malam ini? Sumpek di rumah soalnya."

Dari seberang sana, Namjoon mengizinkan adiknya untuk menginap di apartementnya yang membuat Joy tersenyum tipis. "Asik! Makasih! Joy janji nggak berantakin kok."

"Iya, Dadah! Semangat kerjanya ya, Kak," pungkasnya yang mengakhiri sambungan panggilan tersebut. Gadis itu kembali mematikan ponselnya dengan sengaja.

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang