f o u r

1.6K 303 77
                                    

Di salah satu rumah sakit di Ibu Kota, Wendy menyiapkan box hitam berisikan file-file milik Joy di ruangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di salah satu rumah sakit di Ibu Kota, Wendy menyiapkan box hitam berisikan file-file milik Joy di ruangannya. Rupanya di ruangan itu, Wendy tidak sendirian. Terdapat sosok laki-laki bertubuh jangkung berdiri dengan melipat tangannya di dada.

"Kenapa harus aku yang  jadi psychiatrist dia? Kan kamu yang udah kenal sama dia," tukas pria tersebut yang membuat Wendy menghela napas.

"Aku nggak perlu rekomendasiin psychiatrist lain sebagai pengganti aku soalnya udah ada kamu yang tahu background dia gimana. Terlebih kan aku udah sering cerita ke kamu soal dia. Kamu bahkan udah tahu semuanya sebelum kamu kenal sama dia. Sounds silly but, I don't want to leave her alone like this."

"But, after all the stories that you've already told me about her, she's stubborn. You know, I can't stand with stubborn people. I've never had a patient like her, that keep messing up but asking me a favor to help her get out from her own chaos."

"Emangnya kita diajarin buat milih-milih pasien ya? Kita di sini kan buat bantu orang healing. Bukan buat comblangin orang," tegur Wendy.

"Tapi kalau dia nggak cocok sama metode aku gimana?"

"Ya makanya kamu pakai metode yang cocok sama dia. Kamu tuh gimana sih. Kayak baru aja di dunia ini," balas Wendy tersenyum tipis.

Wendy sempat terdiam sebelum akhirnya melanjuti ucapannya. "Aku juga nggak mau ninggalin dia tanpa sosok kayak aku lagi. Kamu tahu sendiri, aku yang selama ini di samping dia. I'm her psychiatrist, therapist, friend, and sister at the same time. I was there when her family left her in the darkest side. Dan aku ngerasa aku nemuin diri aku di kepribadian kamu. Jadi aku minta kamu buat gantiin aku selagi aku tugas di Singapore," lanjutnya.

"But—"

"Listen. We should support our patients. But if they keep messing up like making a worst decision, we need to change the tactics. We need to help them, by keeping their head above water when they are drowning," potongnya.

Pria itu pun menghela napas sebelum akhirnya memutuskan. "Oke."

"Kamu baca ini buat semakin kenal sama dia. Jangan lupa buat kontrol keadaan dia terutama pas lagi chaos-chaosnya. Usahain buat jadi sosok teman atau bahkan Bapak terserah deh pokoknya buat dia nyaman cerita sama kamu. Pastikan dia jangan sampai melewati terapi karena itu penting buat proses healing dia."

"Iya-iya, aku tahu."

"Ya udah, yuk ke kafenya. Kan aku udah ada janji sama dia di sana sekaligus ngenalin kamu."

"Emangnya dia udah pasti dateng? Kemaren nggak dateng lho. Jangan sampe dia nggak dateng lagi."

"Aku yakin dia datang hari ini. I know her so well."

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang