s e v e n t e e n

1.2K 271 81
                                    

"Gue dapet panggilan dari sekolah lo tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue dapet panggilan dari sekolah lo tadi siang. Ada apa? Lo berantem sama siapa lagi?"

Jeno yang baru selesai mandi kini dikejutkan dengan kehadiran Chanyeol di kamarnya yang tampak seperti baru pulang kerja.

"Biasa, urusan cowok." Jeno mendelik sekilas namun kembali mengeringkan rambutnya dengan handuk yang berwarna putih.

"Cukup di sekolahan lama aja ya lo menyalurkan hobi berantem. Gue nggak mau sampe lo dikeluarin dari sekolah lagi," tegur Chanyeol yang membuat Jeno pun menghentikan aktivitas mengeringkan rambutnya.

"Iya, maaf."

Chanyeol menghembuskan napasnya pelan—berusaha untuk bersabar. "Yaudah, ayo makan. Tadi gue beli sate di depan komplek."

"Asik! Ayo!"

[ We / Used / To / Be / A / Family]

Wanita yang bekerja sebagai sekretaris dari salah satu perusahaan properti terkenal di Indonesia terlihat baru saja pulang kerja dengan menggunakan taksi online. Jarum menunjukan angka setengah sepuluh malam, Irene terlihat membuka pintu rumah minimalisnya yang tak terkunci karena ada Ayahnya yang juga tinggal disana.

Senyum manis terulur pada wajah wanita itu sesaat melihat Arnold—Ayahnya yang berada di ruang tamu sedang menonton TV. "Papa udah makan? Aku bikinin nasi goreng, ya?" tanyanya.

Arnold menoleh. "Udah, nggak usah. Kamu kan capek habis pulang kerja. Gimana kerjaannya?"

Irene mendaratkan bokongnya di sofa dimana terdapat Ayahnya yang juga duduk disana. "Capek banget. Aku nggak cocok kayaknya kerja di sana. Kenapa Papa rekomendasiin aku buat kerja di sana sih? Lebih baik aku jadi dosen aja."

"Papa udah susah nyari channel buat kerja disana masa kamu cuma berjuang sampe segitu doang. Lagi pula udah berapa universitas yang nolak kamu? Udah tiga kali kan?"

"Baru tiga kali. Siapa tahu pas aku coba ke empat kalinya, keterima."

Arnold menggelengkan kepalanya. "Keras kepala juga ya kamu kayak Mama kamu."

"Itu namanya nggak gampang nyerah bukan keras kepala," cibir Irene.

"Bos aku juga galaknya minta ampun. Ada kali sehari ngomelin aku seratus kali. Menurut aku juga ya, dia juga jahat," lanjutnya.

Arnold terlihat mengerutkan dahinya bingung mendengar cerita anaknya satu-satunya. "Jahat gimana?"

"Dia ternyata punya adik cewek. Tapi nggak mau ngakuin adiknya sendiri."

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang