"Saya baru mau masuk pintu tol, Pak. Ada apa?"
Di pagi yang cerah dengan langit biru dan suara kicauan burung yang saling menyahut menghiasi hari Irene. Saat ini, mobil kantor di mana Irene berada melesat, membelah jalanan Ibu Kota. Ia harus menjalankan harinya lebih pagi karena harus menghadiri seminar jam sepuluh pagi sedangkan Seokjin sudah sampai di sana duluan.
Mendengar penjelasan dan perintah dari Seokjin membuat wanita itu kini memutuskan sambungan telepon dan beralih menepuk bahu sopir kantornya yang bernama Asep. "Pak Asep puter balik! Kita ke rumah Pak Seokjin."
"Lho kenapa, Mba?"
"Ada berkas yang tertinggal," balasnya yang membuat Asep mengangguk.
Hanya diperlukan waktu dua puluh menit, kini mobil tersebut berhenti di depan rumah keluarga Tommy. "Tunggu bentar ya, Pak!"
"Siap, Mba!"
Irene pun keluar dari mobil dan melangkahkan kakinya untuk masuk ke dalam kediaman tersebut. Ia melihat tukang kebun yang pernah ia jumpai tempo lalu saat berkunjung ke rumah ini untuk mengambil laptop milik Seokjin. "Kang, izin masuk ya! Mau ambil berkas si Bos," sahut Irene pada Supri yang merupakan tukang kebun di situ.
"Siap, Neng!"
Setelah memasuki rumah itu, langkah Irene menyusuri anak tangga untuk menuju ruang kerja Seokjin yang berada di lantai dua. Namun, di luar ruang kerja Seokjin yang berada di samping beberapa kamar itu, terlihat Bi Yaya yang hendak membuka salah satu pintu dari kamar yang bercat putih.
"Pagi, Bi Yaya! Bibi mau bersih-bersih ya?" tanya Irene yang bermaksud untuk basa-basi yang membuat Bi Yaya menoleh dan memberi senyuman hangat.
"Eh, Mba Irene. Iya, mau bersihin kamarnya Non Joy dulu nih. Mba Irene mau ngambil berkas Tuan Jin, ya?"
"Joy sekolah ya, Bi? Iya, saya mau ambil berkas Pak Seokjin yang ketinggalan."
Bi Yaya mengangguk ramah. "Udah jam delapan, pasti Non Joy udah di sekolah, Mba. Oh, yaudah silakan, Mba."
Irene tersenyum lalu melangkahkan kakinya menuju ruangan kerja Seokjin yang tak jauh dari sana. Ia pun mengambil berkas di lemari yang berada dalam ruangan itu sesuai dengan arahan Seokjin di telepon tadi.
Setelah menutup pintu, wanita itu pun melangkahkan kakinya menuju depan pintu kamar Joy yang terbuka di mana Bi Yaya berada. Ia bermaksud ingin berpamitan. "Bi Yaya, saya pergi dulu ya—"
"Astagfirullahaladzim!"
Mendengar teriakan Bi Yaya membuat Irene mengerutkan dahinya. "Bi Yaya?"panggilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...