Setelah mendapat pesan dari Jeno bahwa cowok itu sudah sampai depan rumah, terlihat Joy yang mengenakan dress warna merahnya keluar dari kamarnya dan menyusuri anak tangga perlahan. Terlihat pula, perhatian Yoongi yang baru saja pulang kantor teralih dengan keberadaan adiknya yang sudah rapi dan terlihat cantik.
"Mau nyari om-om lo?" cibir Yoongi karena melihat pakaian yang dipakai adiknya terlalu pendek sehingga mampu menarik perhatian siapa pun.
Joy mendengarnya pun lantas berhenti lalu melipat tangannya di dada. "Iya. Biar bisa sumpel mulut lo pakai duit sejuta dollar buat berhenti nyir-nyir."
Yoongi tersenyum kecut. "Nggak kaget sih. Dari awal gue denger kasus lo sama Taeyong, gue udah mikir lo tuh perempuan nggak bener atau bahkan murahan."
Senyuman miring tersungging pada wajah gadis itu. Perlahan, Joy mendekati kakak laki-lakinya. "Tapi lo sendiri belom mampu buat beli perempuan murahan kayak gue," bisiknya sembari mengusap kemeja yang dipakai Yoongi seperti membersihkan kotoran yang ada di kemeja itu.
Gadis itu pun terlihat berbalik dan menjauhi kakak laki-lakinya yang terlihat emosi. Pintu kediaman keluarga Tommy itu terbanting dengan keras dan terlihat tangan Joy masih terkepal kuat—berusaha menahan emosinya agar tidak memuncak.
Jeno yang sedang memainkan ponselnya sembari menunggu teman sekelasnya kini dikagetkan dengan kehadiran Joy yang membuka pintu mobilnya dengan kasar disusul dengan memakai seatbelt dengan kasar. "Buset, lo mau lomba pencak silat apa gimana? Kasar bener."
"Berisik!" balas Joy yang terdengar begitu tajam dan penuh tekanan yang membuat Jeno bergidik ngeri.
"Perasaan gue tadi udah berdoa dah sebelum berangkat. Kok gue merinding ya?"
"Jalan sekarang atau gue pergi sendiri?"
Jeno memberi cengiran lebar khasnya untuk mencairkan suasana agar tidak tegang. "Iya-iya, maaf."
Tanpa membalasnya, Joy hanya memalingkan wajahnya ke arah jendela sedangkan Jeno terlihat sudah menjalankan mobilnya untuk menuju ke salah satu hotel mewah yang berada di Ibu Kota yang menjadi tempat dimana perayaan ulangtahun Yeri dilaksanakan.
"Joy," panggil Jeno dengan fokus masih pada jalanan sebab dirinya yang menyetir.
Merasa terpanggil, Joy hanya membalasnya dengan gumaman yang membuat Jeno kembali berucap. "Kenapa gue harus tunggu dalem mobil tiap jemput lo? Udah dua kali,"
"Ya lo mau nunggu di mana? Di depan komplek?"
"Bukan. Kan gue bisa nunggu di dalem rumah lo. Sekalian izin mau bawa lo pergi. Gue berasa cowok yang nggak ada sopan santunnya kalau kayak gini caranya."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...