t h i r t y n i n e

1K 260 54
                                    

Tepat pukul sepuluh pagi, terlihat Nicholas kedatangan tamu yang tak asing baginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul sepuluh pagi, terlihat Nicholas kedatangan tamu yang tak asing baginya. Pria yang duduk di depan Nicholas mengenakan kemeja biru muda itu tampak menatap manik mata Nicholas. "Apa kamu masih ingat saya?"

Nicholas tertawa mendengus. "Victor kan? Detektif bodoh yang tak mampu menangkap saya sehingga saya berhasil membunuh Tommy."

Kalimat itu berhasil memancing emosi Victor yang merupakan detektif di mana mengurus kasus pembunuhan Cindy di Bali tujuh tahun yang lalu. Nicholas menjadi buronan selama bertahun-tahun hingga akhirnya ia mendapat kabar bahwa Tommy melarikan diri ke Jakarta dan kembali melakukan pembunuhan.

Victor sekarang sudah tidak menetap di Pulau Dewata lagi dan melanjuti karirnya di dunia kepolisian di Ibu Kota tepatnya di Pusat Kepolisian di mana terdapat Nicholas dibalik jeruji yang menjalani hukuman atas perbuatannya.

"Kamu tidak akan melakukan hal-hal yang aneh lagi bukan?"

Pertanyaan yang dilontarkan oleh Victor berhasil membuat Nicholas tertawa mengejek. "Hal-hal aneh seperti apa? Saya kan sudah di dalam penjara."

"Kemarin, saya melihat Bianca datang ke sini. Sungguh hal yang aneh melihat dia akhirnya datang setelah sekian lama."

"Memang saya tidak berhak dibesuk oleh darah daging saya sendiri? Saya tidak mempunyai siapa-siapa lagi selain dirinya."

Victor tersenyum pahit. "Saya ingat sekali saat saya bertemu dengan Bianca tepat setelah sidang putusan kamu, dia bilang ke saya 'Bianca nggak mau ketemu Papa lagi.'  Saya dapat melihat sorot matanya yang penuh dengan rasa takut."

Nicholas kembali tertawa mengejek. "Dia sudah tumbuh jadi perempuan dewasa dan dia sudah memaafkan saya sehingga dia datang mengunjungi saya."

"Saya tidak bodoh, Nicho."

Sorot mata Nicholas pun kini berubah menjadi tajam dan bibirnya terkatup dengan rapat. Ia memberi tatapan intimidasi pada Victor yang masih menatapnya dengan tenang.

Victor kembali mengangkat bicara. "Jangan kamu pikir saya tidak tahu bahwa kamu pernah melakukan pencobaan untuk kabur dari sini."

Nicholas masih terdiam sedangkan Victor kembali berbicara. "Tolong, biarkan anak kamu hidup dengan tenang."

"Kenapa kamu peduli sekali dengan Bianca?" desis Nicholas yang merasa lawan bicaranya terdengar sangat peduli dengan anak perempuannya sehingga membuatnya tidak suka.

"Saya tahu betapa menderitanya Bianca. Setelah Cindy meninggal karena dibunuh oleh kamu, dia harus berjuang sendirian melawan PTSDnya tanpa sebuah keluarga. She was a little girl. Saya pikir, dia akan ended up di pusat rehabilitasi kejiwaan atau panti asuhan. Namun akhirnya, Tommy datang untuk mengadopsinya namun kamu kembali menghancurkan dirinya,"

Nicholas terpekur sedangkan Victor kembali berbicara,
"Let her be happy with her new family."

Perlahan, sorot mata Nicholas pun melunak. "Saya sudah meminta maaf meskipun saya tahu, apologize couldn't change anything. Saya juga sudah mengikhlaskan dia untuk tumbuh bersama keluarga barunya," Ucapan pria itu kembali berlanjut. "tapi, memangnya salah jika saya ingin bertemu darah daging saya sendiri untuk terakhir kalinya?"

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang