t w e n t y f o u r

1.1K 277 80
                                    

"Selamat siang, Bu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat siang, Bu. Saya Seulgi selaku guru BK di sini. Terimakasih telah menyempatkan waktu untuk bertemu. Silakan duduk."

Irene menerima jabatan tangan dari Seulgi yang tampak berusia tak jauh darinya. "Saya Irene. Berhubung Namjoon tidak bisa datang jadi saya yang menggantikannya," balasnya dengan tersenyum sopan yang membuat Seulgi mengangguk mengerti.

Irene pun mendaratkan bokongnya pada kursi diikuti dengan Joy yang berada di sebelahnya. Seulgi pun membuka pembicaraan. "Apa Joy sudah menceritakan kejadian mengenai dirinya dan salah satu temannya sehingga Ibu bisa dipanggil di sini?"

Irene mengangguk. "Saya sudah mendengarnya. Lalu apa yang salah dari adik saya?"

"Melakukan kekerasan di lingkungan sekolah jelas sudah melanggar peraturan."

"Lalu bagaimana dengan cewek yang menghina orang tua Joy? Apa tidak melanggar peraturan sekolah di mana setiap murid harus memperlakukan sesamanya dengan baik dan tidak membuat keributan?"

Seulgi mengangguk mengerti. "Saya mengerti, Bu. Ini tidak sepenuhnya salah Joy. Yeri pun sudah menerima konsekuensinya dan orang tuanya sudah datang kemarin."

"Lalu apa tidak ada itikad baik dari pihak Yeri untuk meminta maaf pada Joy?"

Seulgi terdiam karena ia tahu dengan jelas saat pertemuan orangtua kemarin, pihak dari Yeri sangat defensif.

"Saya bingung. Di sekolah ini cuma diajarin teori tentang mata pelajaran umumnya aja, ya? Tidak diajarkan etika sehingga murid-muridnya bisa berperilaku seperti itu?"

Ucapan Irene pun berhasil menohok Seulgi yang selaku guru BK di SMA Presidency sedangkan Joy hanya bisa menatap Irene dengan tatapan yang kagum seraya tersenyum tipis melihatnya. Ia merasa bahagia karena bisa mengenal wanita seperti Irene. Walau perkenalan mereka hanya terjadi dalam waktu singkat, Irene memperlakukannya seperti layaknya saudara kandung sendiri.

"Maaf, Bu. Selain membahas masalah kemarin, panggilan wali murid ke sini juga untuk membahas perilaku Joy di sekolah yang harus diberi arahan khusus."

Irene mengerutkan dahinya bingung karena perihal perilaku Joy, gadis itu tidak menceritakannya sama sekali. Irene hanya diceritakan perihal kejadian pertengkaran yang terjadi antara Yeri dan gadis itu. Joy terlihat berdecak pelan. Ia tahu, pasti Seulgi akan membahas perilakunya selama ini yang melanggar peraturan sekolah.

"Ada apa dengan adik saya?"

Seulgi pun menautkan jari jemarinya yang terletak di atas mejanya. "Saya tahu Joy merupakan siswi baik di sini. Hanya saja perilakunya menyimpang dari peraturan sekolah."

"Seperti?"

"Membolos, datang telat ke sekolah, bahkan memiliki tato di kaki yang sudah sangat jelas tidak mencerminkan murid yang disiplin dan teladan."

Irene sedikit tertegun mendengar penjelasan dari Seulgi karena wanita itu mengira bahwa Joy adalah murid yang tidak seperti itu.

"Kami sudah sering memberi hukuman namun sepertinya tidak mempan baginya. Joy selalu mengulangi kesalahan yang sama."

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang