Suara hujan yang disusul oleh petir terdengar hingga menusuk di telinga gadis yang sedang berada di kamar yang hanya diterangi oleh lampu tidur. Walau di luar sana hujan sangat deras dan suara petir cukup menyeramkan, tidak membuat gadis itu merasa takut.
Dengan tangan yang dijadikan bantal oleh dirinya sendiri, gadis yang merebahkan diri di atas ranjangnya yang empuk tampak sedang menatap sobekan foto di mana terdapat gadis kecil dengan rambut brunette dalam pangkuan seorang wanita berparas cantik dan tampak seperti orang asing karena hidungnya yang sangat mancung.
Perlahan, tangannya terulur untuk membuka lipatan pada sobekan foto tersebut yang menampilkan sosok pria yang memiliki bentuk wajah mirip dengannya, berdiri seraya merangkul wanita yang memangku gadis kecil itu. Tak ada kata yang terucap, ia hanya mengusap sobekan foto yang terlihat usang tersebut.
Pandangannya kini beralih pada sosok pria yang merangkul Cindy—Ibu kandungnya dengan erat. Di foto itu, kedua orang tuanya saling menatap dengan senyuman yang sama-sama terukir.
Gadis itu kembali teringat dengan suara-suara yang tak akan pernah pudar dari dalam benaknya. Suara perdebatan antara orang tua kandungnya yang hampir didengarnya setiap hari pada tempo dulu membuat kepala gadis itu pening sendiri.
Joy mendesah pelan menutup kedua telinganya seraya menaruh kembali sobekan foto tersebut di atas nakas samping ranjangnya.
Setelah meneguk air putih, Joy menggelengkan kepalanya untuk mengenyahkan pikirannya. Terlihat, gadis itu menarik napas lalu membuangnya perlahan berulang kali untuk menenangkan dirinya.
Merasa dirinya lebih tenang, gadis itu melirik bingkai foto yang berada di dinding kamarnya—di mana foto tersebut terdapat tujuh anak laki-laki bersama seorang pria yang sedang menggendong dirinya dengan senyuman yang sangat manis.
"I love you all just like I love my Mom and Dad."
[We / Used / To / Be / A / Family]
Saat ini pelajaran olahraga tengah berlangsung dan tampak beberapa cowok yang bermain sepak bola di halaman SMA Presidency yang berukuran besar. Terlihat, seorang gadis dengan rambut terikat asal-asalan sedang duduk tanpa ditemani siapapun di anak tangga yang menghubungkan koridor dengan lapangan sekolah.
Pandangan gadis itu menyaksikan teman-teman pria sekelasnya yang menendang bola, tertawa, dan kesal bersam. Ia dapat melihat Jeno dan Jaehyun di sana yang tampak lebih akrab karena satu team padahal biasanya, dua pria itu tidak pernah akur.
Tangan gadis itu pun menyeluk kantong celana olahraganya di mana ponselnya berada. Jempolnya pun perlahan mengetik pada layar ponsel untuk mencari informasi namun karena ia mendapatkan pesan terbaru yang membuat niatnya terkurung.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...