Kaki yang beralaskan pantopel itu tampak turun dari mobil sedan pribadinya yang terparkir di salah satu kafe yang berada di pusat Ibu Kota. Langkahnya memasuki bangunan yang memiliki arsitektur indah karena didominasi oleh warna putih. Aroma kopi yang khas menyambutnya dan matanya pun menelusuri seisi kafe tersebut untuk mencari keberadaan seseorang yang menyuruhnya untuk bertemu pada saat jam makan siang.
"Tumben ngajakin makan siang bareng. Lagi tanggal tua lo?" Yoongi kini mendaratkan bokongnya di kursi depan Hoseok yang sedang menyeruput lychee tea yang dipesan olehnya.
"Enak aja. Justru gue mau traktir lo," elak Hoseok yang membuat kakak laki-laki yang berada di depannya sedikit terkejut.
"Ada angin apa lo?"
"Mau minta doa sama restu."
Yoongi mengernyitkan dahinya. "Mau nyalonin diri jadi PNS lo? Jangan lah. Gaji lo di kantor lo lebih besar ketimbang jadi PNS."
"Gue kalau jadi PNS yang ada korupsi. Bukan itu maksud gue, bloon!" seru Hoseok yang membuat Yoongi terkekeh kecil.
"Yokwes, ada apa?"
"Gue mau ngelamar cewek gue bulan depan."
Yoongi tertegun namun ia hanya mampu menyimpulkan senyuman tipis. "Oh, ya? Bagus deh. Yang lain udah tahu?"
"Baru lo sama Jin doang. Yang lain gue kasih tahu nanti."
Yoongi mengangguk kecil lalu kembali melontarkan pertanyaan. "Pihak orang tua cewek lo udah tau kalau lo mau ngelamar?"
Hoseok menganguk. "Kita udah sering makan malam bareng. Mereka bahkan udah ngerestuin. Gue juga nggak mau tunda-tunda karena gue ngerasa dia perempuan yang tepat buat gue."
Yoongi tersenyum tipis. "Glad to hear that. Gue doain lancar ya. Semoga keputusan lo bisa bikin hidup lo bahagia."
Hoseok tersenyum. "Thank you. Lo mau pesen makanan apa? Biar gue pesenin nih."
"Samain aja kayak lo." Hoseok pun mengangguk mengerti seraya tubuhnya beranjak meninggalkan Yoongi.
Mata Yoongi pun teralihkan pada jendela kafe untuk menatap dunia luar. Senyuman pahit dari wajah tersebut terukir tatkala memori setahun yang lalu kembali mengunjungi ruang pikirannya.
"Saya bingung sama anak saya sendiri." Pria yang berperawakan besar dan kepalanya yang mulai membotak itu terlihat duduk di depan teras kediaman Nancy—wanita yang dipacari oleh Yoongi sejak kuliah.
Kebetulan, Nancy sedang mengikuti outing kantornya sehingga Ayahnya dapat mengundang Yoongi datang ke rumah untuk membicarakan apa yang selama ini belum terucap. "Kenapa, Om?"
"Kenapa dia bisa sesayang itu sama kamu. Padahal, kamu sama dia berbanding terbalik."
Yoongi mengernyitkan dahinya karena tidak mengerti. "Maksud, Om?"
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...