Setelah bel berbunyi menandakan istirahat, terlihat Jeno berlari kecil menyusuri lapangan di mana Joy tengah selesai menjalankan hukuman karena dirinya yang datang telat. Gadis yang tadinya membiarkan rambut panjangnya terurai kini menguncir rambutnya agar dirinya tidak merasa gerah karena sudah berdiri di depan tiang bendera seraya memberi hormat sebagai bentuk hukumannya.
"Hobi lo dihukum mulu ya? Kapan sih nggak dateng telat?" tegur Jeno seraya menyodorkan sebotol air mineral yang baru diberinya dari kantin dan diterima oleh gadis itu.
Setelah meneguk dan menghilangkan rasa dahaganya akibat lelah, Joy pun mendelik teman sekelasnya itu. "Nanti aja kalau gue nemu hobi baru."
Jeno mendesis mendengar jawaban dari temannya itu. "Laper kan? Yuk ke kantin!" ajak Jeno seraya mengambil tas milik Joy yang ditaruh di dekat tiang bendera. Ia pun menyampirkannya pada bahunya yang berukuran lebar.
Joy mengangguk dan melangkahkan kakinya bersama dengan Jeno yang setia berada disampingnya.
Setelah memesan makanan yang mereka mau, kedua insan tersebut duduk di salah satu meja yang kosong di kantin SMA Presidency. Terdengar, ponsel milik Joy yang berada di kantong seragamnya berdering yang membuat gadis itu mengangkatnya.
Kak Namjoon is calling you...
"Kenapa, Kak? Iya, makanannya udah aku terima tadi malem. Enak banget langsung habis sekejap tadi malem sama aku. Iya—aku di sekolah. Oke. Kak Namjoon jangan lupa makan siang! Iyaa, dadah!"
Jeno mendelik temannya yang duduk disebrang seraya mematikan ponselnya. Ia dapat melihat senyuman terus terukir dalam wajah gadis itu saat ia berbincang melalui telepon. "Abang lo ya?"
Joy mengangguk sebagai jawaban seraya kembali menaruh ponselnya pada kantong seragamnya. Jeno tersenyum tipis. "Gue jarang lihat lo senyum kayak gitu. You seem really love him."
Senyuman tipis berhasil terukir dalam wajah gadis itu. "Dia satu-satunya orang yang paling gue percaya."
"Gue boleh jadi orang kedua yang lo paling percaya?"
"Nggak. Orang kedua udah diambil sama Kak Wendy. Lo jadi orang yang ketiga aja." balas Joy asal yang membuat Jeno mengerutkan dahinya bingung.
"Sebenernya lo punya berapa kakak sih?"
"Tujuh."
Jeno tertegun. "Buset. Mau debut jadi boyband apa gimana? Banyak banget." desisnya yang hanya membuat lawan bicaranya mendesis kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...