Tampaknya semesta sedang tidak dalam mood yang baik hari ini. Dari pagi hingga siang ini, matahari tak menampakan diri. Langit berwarna kelabu disertai beberapa suara petir menyambar.
Begitu pula dengan suasana hati Jungkook saat ini. Di pemakaman di mana menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi Ayah dan kakak laki-lakinya, terlihat pria yang mengenakan kemeja flannel berwarna hijau army sedang menatap dua batu nisan dengan tatapan kosong.
Tanpa sepatah kata terucap, pria itu pada akhirnya menangis. Suara isakan yang terdengar penuh luka itu menghiasi pemakaman yang tampak sepi. Perlahan, air hujan pun membasahi bumi. Rupanya, semesta ingin menangis bersama Jungkook.
Hampir lima belas menit, pria itu hanya menangis sembari menatap kedua batu nisan Tommy dan Jimin. Memori di manaia harus kehilangan Ayahnya pun terulang. Memori di mana ia harus kehilangan kakak laki-lakinya juga terulang. Terlebih, ia adalah orang pertama yang menemukan Jimin tak bernyawa di kamarnya.
Kehadiran sebuah payung yang menutupi tubuh Jungkook yang berjongkok membuat ia menengok ke belakang dan mendapati seorang gadis yang memakai seragam sekolah tengah memayungi dirinya.
"Nanti Kak Jungkook bisa sakit," tukasnya sembari tersenyum. Senyuman yang disukai oleh Jungkook karena mirip dengan senyuman milik mendiang Ibunya.
Namun sayang, Jungkook malah membenci senyuman itu. Terlihat, pria itu bangkit berdiri dan mendorong payung tersebut hingga terjatuh. Tubuh mereka pun sekarang dibasahi oleh air hujan.
"Ngapain lo di sini?" tanya Jungkook dengan tatapan sinis.
"Emangnya gue nggak berhak datang ke makam Daddy sama Kak Jimin?"
Jungkook tersenyum kecut. "Bukannya lo udah pernah denger alasan dari gue? Apa perlu gue harus jelasin lagi?"
"Tapi..."
"Bokap kandung lo yang narapidana dan sakit jiwa itu ngebunuh bokap gue! Lo lupa? Gara-gara itu juga, Kak Jimin jadi depresi sampe akhirnya dia overdosed! Gue liat dengan mata kepala gue sendiri Kak Jimin tergeletak di lantai! Lo nggak tau seberapa menyiksanya hidup gue harus dihantui memori buruk itu terus! Gue bahkan harus ke therapist seakan-akan gue anak yang sakit jiwa yang jiwanya harus disembuhin! Gue benci harus hidup kayak gitu! Gue mau hidup gue yang normal balik!"
Joy hanya bisa terdiam dan membiarkan hatinya untuk terluka lagi mendengar ucapan dari kakak laki-lakinya.
"Dan lucunya, lo masih punya muka buat datang ke makamnya? Hebat banget. Lebih baik lo kunjungin bokap kandung lo di penjara dan pastiin dia juga sama menderitanya sama kayak gue dan saudara lo yang lain!" cerca Jungkook dengan emosi yang meluap.
Gadis itu masih terdiam dan mencerna segala ucapan yang dilontarkan oleh kakak laki-lakinya. Ia dapat melihat emosi dalam pria itu.
Manik mata milik Jungkook berhasil mengunci manik mata milik adiknya. "Asal lo tau, Joy. My life was fine before you came. You came like a disaster that fucked up my life. You only leave us a pain not a good memories."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...