Special Chapter II

1.3K 170 130
                                    


Jangan lupa tinggalkan jejak!
Maaf kalau aku baru sempat update🌻

✧・゚Senandu Masa Lalu ・゚✧

Di luar sana, awan jatuh dari tempatnya yang menjelma menjadi rintik hujan dan membuat manusia sibuk mencari tempat teduh. Di bawah atap yang memantulkan aroma kopi dan suara beberapa insan saling bercengkrama, dia duduk dengan kopi yang masih beradu uap hangat. Ingatannya bermekar, pada kepingan memori pertama saat bertemu gadis manis.

            Langkah seorang cowok terseok-seok menyusuri koridor sekolah yang sepi tersisa satpam dan OB yang masih menjalankan sisa tugasnya. Kakinya menuju UKS guna mencari obat untuk luka pada lengannya. Dia mengerang kesal saat benda yang dicari tak kunjung ditemukan.

            "Obat merah bukan di situ." Suara serak gadis yang terbangun dari tidurnya mengalihkan perhatiannya. "Nih," Gadis itu memberi obat merah yang berada di laci meja pada sang pemilik luka.

            "Thanks." Sang gadis hanya membalasnya dengan gumaman namun dia mengambil tas, bersiap untuk pulang. Namun niatnya terhenti saat dia menyadari kalau cowok di hadapannya tengah mengalami kesulitan mengobati lukanya.

            "Sini, gue bantuin." Dia mengambil alih dan bantu mengobati lukanya. Dengan ikut meringis, dia menyahut. "Lo habis ngapain sih? Serem banget lukanya sampe gini."

            Merasa kesal karena sang lawan bicara tak kunjung meresponnya, dia sedikit menekan luka tersebut hingga cowok itu meringis. "Eh? Sorry. Kekencengan ya? Habisnya kalau diajak ngobrol, ya direspon dong—"

            "Dipukulin orang stress." Dia sempat mendengar sang gadis terkekeh kecil.

            "Terus kenapa lo ke UKS? Kenapa nggak ke klinik aja? Sekolahan kan bentar lagi tutup."

            "Lo juga ngapain di sini?" Dia membalikan pertanyaan.

            "Mau numpang tidur bentar. Malas pulang ke rumah," balasnya asal namun dia masih mengobati luka si cowok.

            "Dah nih." Dia mengembalikan obat merah kembali ke tempatnya. "Lain kali hati-hati."

            Dia hendak pulang, namun si cowok menyahut. "Nama lo siapa?"

            "Joy." Dia berbalik namun di ambang pintu, dia mendengar si cowok kembali menyahut.

            "Gue Ta—"

            "Taeyong? Gue tahu."  Di balik punggungnya, Joy tersenyum tipis meninggalkan Taeyong yang mengernyitkan dahinya bingung.

—We Used To Be A Family—

"Oh, dia teman sekelas gue anak 10-2. Sahabatnya Yeri. Dua-duanya sama-sama cantik, gue sampai bingung mau ngegebet yang mana." Jaehyun tengah menikmati batang rokok terakhirnya di kafe bersama kakak kelasnya.

"Cantik."

Jaehyun mengangkat alisnya sebelah. "Naksir? Gebet aja. Habis lo putus dari Kelly, lo bisa sama dia. Biar gue yang sama Kelly."

Taeyong berdecih. "Takut."

"Kenapa takut?"

Ada jeda sejenak. "Nggak papa, takut aja."

"Cih, aneh lo! Masa pentolan sekolah takut ngedeketin cewek!"

Taeyong hanya tersenyum tipis namun perhatiannya teralih ketika mendapat pesan. Rahangnya mengeras. "Gue cabut dulu."

We Used To Be A FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang