Selang dua hari, Joy kembali bersekolah seperti biasanya. Gadis itu terlihat mematutkan diri di cermin besar yang berada di kamarnya dan menyisir rambut hitamnya yang dibiarkan terurai panjang. Tubuhnya memang tampak semakin mengurus tidak seperti dirinya dahulu yang tampak lebih sehat. Sungguh, dari dulu gadis itu sudah berusaha mati-matian untuk kembali mengembalikan napsu makannya yang kerap kali hilang bak sinyal di daerah pedalaman.
Ia teringat perkataan Wendy yang dulu, "Apabila kondisi jiwamu sakit, maka akan berpengaruh pada kondisi fisik kamu. Terbukti dari kondisi fisik kamu yang perlahan ikut sakit."
Sebenarnya, perihal masalah pencernaannya yang sempat dialami olehnya itu, sudah pulih karena Joy saat itu benar-benar berusaha untuk memperbaiki pola makannya dan juga mengikuti proses penyembuhan dengan Wendy yang tidak pernah absen menemaninya.
Mengingat bahwa kini Taehyung mengetahui perihal masalah pencernaannya, membuat dirinya menjadi khawatir sendiri. Ia tahu bahwa kakak laki-lakinya itu sudah jelas mengkhawatirkannya. Namun ini hal yang ditakutkan oleh dirinya. Ia merasa takut akan menjadi beban pikiran bagi orang-orang di sekitarnya.
Helaan napas yang diiringi senyuman tampak pada gadis itu. Ia akan mencoba untuk menjalani tetap kuat untuk menjalani hidupnya karena dirinya masih punya seribu alasan untuk tetap bertahan—mengalahkan seratus alasannya untuk meninggalkan hidupnya.
Ia juga tampak mencoba menghilangkan hobinya yang datang telat ke sekolah, terbukti sekarang jarum jam menunjukan angka setengah tujuh pagi dan dirinya sudah rapi dan siap untuk berangkat sekolah.
Langkah yang terbalutkan sepatu sekolah itu kini teralih keluar dari kamarnya dan menyusuri anak tangga perlahan dengan tas sekolah berwarna hitam yang tergantung di pundak kirimya. Baru saja ia hendak menuju pintu rumahnya, suara laki-laki yang berat dan tak asing di telinganya, memanggil dirinya.
Joy menoleh dan mendapati Taehyung tampak seperti baru bangun tidur di belakangnya menghampirinya. Tangannya terulur untuk meraih pergelangan tangan adiknya. "Nih roti buat sarapan."
Joy sempat ingin menolaknya karena raut wajahnya tampak tidak mencerminkan kehangatan namun dengan cepat Taehyung menyanggahnya. "Jangan ngomel-ngomel. Gue nggak mau ngerusak hari lo. Hati-hati di jalan," tukasnya yang kini meninggalkan Joy yang masih terdiam. Langkah Taehyung kembali menuju kamarnya untuk melanjuti tidurnya.
Joy menghembuskan napasnya pelan lalu memilih untuk membuka pintu rumahnya. Namun, baru saja pintunya terbuka, Mang Ujang tampak di depan pintu tersebut yang membuatnya terkejut. "Astaga, Mang Ujang, Joy kaget!"
Laki-laki yang berusia empat puluh tahun itu tampak memberi cengiran. "Maap, Neng Joy. Tapi itu gojeknya udah nunggu dari tadi di depan."
KAMU SEDANG MEMBACA
We Used To Be A Family
Fanfiction[ • read at your own risk • ] [Harap follow terlebih dahulu sebelum membaca.] 🦋 c o m p l e t e d 🦋 trigger warning; mental issue suicide toxic self injury murder ❞ What's your favorite candy? ❞ ...