Happy reading..jangan lupa vote koment..bantu tandain typo yahh
Yang tegar bukan batu
tapi diriku.
Yang lembut bukan salju
tapi hatiku.Di luar hujan masih deras berjatuhan. Mengguyur bumi dengan tangisan. Petir sesekali menyambar dengan keras.
Aku masuk ke ruanganku, duduk berhadapan dengan Gus Rizal di sofa merah. Aku masih menunggu Dr. Hadi datang. Gus Rizal masih kedinginan, wajahnya yang sudah pucat dijampu bibirnya yang membiru. Aku harus melakukan sesuatu.
Aku beranjak menghampirinya. Aku berlutut di hadapannya, dia sedang menyodorkan ekspresi kebingungan. Tatapannya heran padaku. Sejurus, aku menggosokkan kedua telapak tanganku sebentar. Setelah terasa cukup memanas, aku meraih tangannya, menggenggamnya dalam kehangatan. Dia masih diam melihat perlakuanku. Berulang-ulang aku melakukan hal yang sama sampai akhirnya dia menarik tangannya dari genggamanku. Aku tak perlu terkejut. Ini bukan penolakan yang pertama. Aku menenangkan perasaanku dan...
"Saya akan buatkan teh..." kataku, kemudian langsung keluar dari ruanganku.
Duhai hati yang mencintai dalam sunyi, tetaplah tegar jumawa jangan berkesah. Percuma! Toh selanjunya deretan luka pasti tetap singgah.
Aku masuk ke dapur. Ada beberapa OB yang nampak sedang menyiapkan makanan pasien.
"Ada apa dokter Fiha? Ada yang bisa saya bantu?" tanya salah satu dari mereka.
"Saya mau teh panas."
"Sebentar saya buatkan."
"Ndak... ndak usah... saya buat sendiri." diapun mangut-mangut dan kembali dengan pekerjaanya.
Aku mulai merebus air tak perlu waktu lama aku sudah mengusaikan pekerjaanku. Aku kembali ke ruanganku. Gus Rizal masih di tempatnya. Aku meletakkan tehnya di atas meja.
"Monggo diunjuk!"
"Makasih...!" dia meneguk tehnya. Aku mengalihkan pandanganku ke jendela kaca. Hujannya sudah sedikit berkurang tapi petirnya masih gemar menyambar.
Tok tok tok
Ada yang mengetuk pintu."Masuk!" pintaku pada orang di balik pintu.
Pintu di bukanya. Dan nampaklah seorang perawat di ambang pintu.
"Maaf mengganggu..."
"Tidak... ada apa?"
"Anda di minta ke ruangan dokter Hadi."
"Dokter Hadi sudah datang?"
"Sudah dok!"
"Ya sudah terimakasih." perawat itupun pergi dari ruanganku.
"Gus... saya tinggal sebentar mboten nopo-nopo toh?"
"He emmm..." Gus Rizal mengiyakan. Akupun beranjak dari tempatku dan segera keluar. Aku pergi ke ruangan Dr Hadi sebelum akhirnya operasi di mulai.
💗💗💗💗💗💗💗💗
Dua jam aku mendekam di ruang operasi bersama Dr Hadi dan para perawat. Sampai akhirnya operasi usai dengan keberhasilan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATSNA
RomanceTentang cinta seorang madu yang dengan diamnya hanya menuai berbagai luka.. Tentang cinta yang harus berpijak di atas cinta yang kian merana ikut melara dalam takdir yang memaksa..