fiha salsabila

15.1K 390 4
                                    

Adalah aku,dengan nama fiha salsabila aku di kenal,aku hanya wanita sederhana atau lebih di bawahnya kata sederhana.aku tidak akan bercerita banyak tentang hidupku,aku hanya akan mengkisahkan sebagian dari betapa panjangnya masa hidup ini.

Aku dilahirkan dari keluarga kelas menengah.tidak ada yang istimewa,semuanya biasa biasa saja.ayahku asli orang malang dan ibuku asli solo.garis keturunan mutlak orang jawa.tapi pengecualian untuk eyang buyutku yang menikah dengan menir asal belanda.dari situlah orang menamai keturunannya sebagai darah bangsawan meski eang buyut menikahi seorang menir.

Tapi siapa yang menyangka,di penghujung kisah barulah terkuak kalau sebenarnya suami eyang buyut adalah orang pribumi indonesia yang saat kecilnya di culik dan di bawa pergi oleh jendral belanda.selama bertahun tahun suami eyang buyut di didik di sana.

setelah dewasa dia bertugas sebagai angkatan yang mengawasi indonesia dan segala pergerakannya.selama 2 tahun suami eyang buyut belum mengetahui jati dirinya tapi di tahun ke 3 suami eyang buyut bertemu dengan petani indonesia yang berparas mirip dengannya.ibarat pinang di belah dua.tidak ada bedanya,kata orang jawa"mirip,persis ora mbuak blas"

Awalnya mereka hanya berujung keterkejutan tapi setelah sang petani pulang dan menceritakan pada ibunya kalau dia baru saja bertemu dengan menir yang wajahnya mirip dengannya.

Setelah mendengar cerita dari anaknya,sang ibu mulai menerawang kejadian kelam di masa lalu. Di saat di mana dia harus hilangan putranya yang masih berumur 2 tahun. Meski sebenarnya nya dia memang punya dua anak yang kembar.

Naluri keibuan tetaplah merasa kehilangan. Memang benar pepatah yang mengatakan"becik ketitik olo ketoro" bagaimanapun rapinya orang Belanda menyembunyikan identitas suami eyang buyut,akhirnya ketahuan juga.
Tapi dari segi wajah,suami eyang buyut memang tidak selaras dengan wajah wajah indonesia.kulitnya lebih bening,hidungnya mancung bak paruh elang tapi matanya khas indonesia.

Setelah kebenaran berada di genggaman,suami eyang buyut menyerahkan diri dan mengabdi pada indonesia sepenubnya.tapi hubungan dengan orang tua angkatnya di belanda masih baik.mengingat bagaimana jasanya telah merawat sejak masa kecilnya.

meski sebenarnya mereka patut di salah kan,eyang buyut disini adalah,buyutnya ibu.nashabnya memang sedikit jauh dariku tapi sejak kecil ibu sudah menanamkan bagaimana kita seharusnya menghargai leluhur.tapi segalanya tentang ibu dan ayah hanya tinggal kenangan dan nasihat.mereka meninggal sebelum aku usia baligh.

Ayah meninggal sebab kecelakaan beruntun dan aku masih berumur 5 tahun.setelah itu ibu meninggal satu tahun setelah ayah,karena sakit keras.ibu mengidap lupus yang menyerang pada syaraf.dalam jangka 1 minggu setelah penyakitnya terdeteksi ibu meninggal.

Aku di besarkan dari tangan mbah putri dan mbah kakung di solo.mbah putri banyak ngerem ngerem ati kalau kematian ayah dan ibu banyak hikmahnya.mbah putri pernah bilang"nek wong tuomu isih ono,ora mongkin koe iso mandiri"pada intinya mungkin saja aku akan menjadi anak manja.masa kecilku tidak hanya tertawa dan bermain.aku di ajarkan memahami bagaimana kewajiban seorang anak.mbah putri tidak memanjakanku.menarik ulurku dengan ajarannya.sedangkan mbah kakung lebih memanjakanku dari pada mbah putri.

Hidup memang perlu pemanas dan penyejuk,jika larut dalam pemanas saja maka terimalah kita akan terbakar,jika kita bergelayut hanya bersama kesejukan membekulah kita.

MATSNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang