Assalamu'alaikum pemirsaaa...maap baru up🙏🙏
Ok langsung aja,happy reading..
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri andayani."
"Didepan menjadi contoh, ditengah membimbing, dibelakang mendukung"
Aku sampai dengan selamat di kota di mana ayah di besarkan. Udara dingin yang merongrong mengingatkan akan masa di mana aku masih berjaya bersama orang tua.
Setelah mobil berhenti dengan sempurna di pelataran rumah Pakdhe Alim aku turun, kebetulan di depan rumah ada Budhe Luluk yang sedang duduk di kursi panjang dekat pintu masuk. Wajah Budhe Luluk heran melihat kedatanganku. Aku berjalan mendekat dan Budhe pun beranjak dari tempat duduknya. Dia sedikit memicingkan mata.
"Assalamualaikum." ucapku setelah menapak di undak-undakan pertama.
"Wa'alaikumsalam."
"Ini saya Fiha Budhe." kataku sembari menyalami tangannya.
"Oalah nduk... pangleng aku... tak kiro sopo."
"Hehehehe."
"Yo wes ayo masuk! Sendirian toh?"
"Nggeh..."
"Bojomu nang ndi."
"Masih ngurusin pondok." akhirnya aku masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Sek tak celokno Pakdhe mu..." ujar Budhe yang kemudian bergegas ke belakang.
Rumah Budhe saderhana, masih berbau adat dengan model yang kuno dan beberapa ukiran di pintu dan jendela. Sofa dan mejanya pun nampak sudah usang. Lantainya tidak berkramik hanya semen saja.
Beberapa saat Pakdhe dan Budhe datang.
"Kog malem-malem toh nduk
sampek e." tanya Pakdhe setelah aku menyalami."Nggeh... tadi berangkatnya kesore en."
"Oalah... tumben datang, kesambet opo kui."
"Kangen omah toh Pakdhe."
"Nang kene ae seng sui..."
"Lha saya cuma bisa sehari di sini."
"Lealah kog mek sedino toh."
"Sebenarnya saya ke sini mau ngomongin hal penting"
"Hal penting opo toh?"
"Saya mendapat tawaran study di Jerman,. Mbah kakung sama keluarga di Solo ngizinin, gimana sama Pakdhe sama keluarga di sini."
"Jerman kui adoh nduk... kamu yakin ta?"
"Saya yakin, Insya allah."
"Nek kamu srek, yo budal o tapi kalo' kamu kamu nanti ora krasan, muleh o ae ojo di pekso."
"Nggeh...."
"Bojomu ora melu?"
"Mboten... masih sibuk sama pondok." jawabku asal.
"Oalah kamu sing akur karo bojomu yahh...kamu sak iki wes ora di wayoh too?"
Ya, kabar meninggalnya Mbak Dela memang sampai ke semua sanak keluargaku dan mereka ikut berduka.
"Nggeh..." jawabku
"Kamu iku garwo ne bojomu ngerti toh artine garwo iku sigare nyowo... Pakdhe iku bangga sama kamu yang mau di madu, mau ikut sunnah bojomu"

KAMU SEDANG MEMBACA
MATSNA
RomansTentang cinta seorang madu yang dengan diamnya hanya menuai berbagai luka.. Tentang cinta yang harus berpijak di atas cinta yang kian merana ikut melara dalam takdir yang memaksa..