Bukan benih lagi

10.6K 281 1
                                    

"sing jenenge maksiat iku ket biyen enak..tapi ono maneh yang lebih nikmat dari maksiat..yaiku orang sing seneng tahajud"

Begitu dawuhnya kyai shomad di akhir ngaji weton malam itu.setelah itu di akhiri dengan doa kifaratul majlis dengan pemgharap kalau ada khilaf di dalam majlis,allah akan mengpuni.
Setelah ngaji ta'lim benar benar berakhir dengan kundurnya kyai shomad,para santri mulai berhamburan meninggalkan aula.tak jarang yang berebut sandal,entah memang sendalnya kebetulan sama atau yang tidak berhak sedang ghosob,tapi mereka masih tetep kukuh pada kebiasaan.tapi ada pula yang memperbaiki diri.

Di sinilah aku hidul.12 tahun sudah aku mengabdi di sini di bawah naungan akhlak kyai.bukan apa apa,aku hanya ingin mencari ilmu dan ngalap barokahnya pak kyai,bunyai,lan dzuriyah e.aku di kirim ke pesantren bukan karena mbah putri dan mbah kakung tidak merawatku tapi mereka ingin agar aku tumbuh menjadi sosok yang nantinya bisa di teladani.jika tidak untuk orang lain setidaknya untuk anak anakku.meski sebenarny dulu aku sempat suudzon sama mbah putri,karena dulu aku menolak di pondokkan.

"fi..kamu jadi nitip bakso nggak..?mumpung mbak rifa mau keluar"

Lina bertanya sembari mengkbrak ngabrik laci lemarinya.dia pasti sedang mencari uang.dia memang sedikit pelupa dan cerobob.

"nggk wess aku tak tidur ajh"

"kenapa..?kamu sakit?"

"nggk cuma capek ajh"

Jawabku dengan meregangkan otot otot kakiku di atas ranjang.dan dari peraduan tulang tulang berderitlah suara suara mengerikan

Kretekkk

"emmm mantep"
Ujar lina yang kemudian langsung berjalan keluar dari kamar.
Aku memutar posisi,rasanya badanku kram semua.mau tidur tapi belum ada kantuk.

Tiba tiba

"fii.."
Lina kembali masuk

"hemmm?"
Jawabku malas

"kamu mau tak beliin jamu pegel linu nggak..masalahnya besok kan persiapan buat acara akhir sanah,kalo' kamu sakit lak yo yok opo"

"terserah kamu wes"

Setelah itu,lina pergi.entah dia mau mbelikan ku dengan apa,bahkan aku belum memberinya uang.
Aku beranjak ke kamar mandi untuk sekedar bersih bersih dan wudlu sebelum tidur.usainya aku duduk di depan meja buku ku,mataku menampaki al qur'an kecil berwarna merah muda yang tergeletak di atas meja.

Aku meraihnya,membuka resleting yang mengotak sekeliling.di dalamnya terselip foto seseorang.aku mengambilnya,fotonya terbalik hingga yang nampak hanya selembar putih tapi tertera nama seseorang di sana.aku masih ingat betul bagaimana dawuhnya pak kyai"nguasi iku maksiat,meskipun mung fotone..podo karo zina mata"dan aku tak ingin menzinakan mataku yang jelas jelas sudah banyak dosa.

Rizal zanjabila,iya! Itu nama yang tertera disana.dia gus rizal,putra tunggal pak kyai.mungkin aku terlalu lancang karena telah jauh mencintainya.aku tak pernah bermaksud mencintainya,tapi kebiasaan bertemu dan berbicara mengubah kekaguman itu menjadi cinta.aku salalu menyadarkan diri,siapa aku ini? Langit jauh dari bumi,tapi mengapa aku selalu bermimpi akan menggapainya.aku yang selalu terkesima saat mendengar tlatah tlatahnya saat ngaji weton atau saat diniah.namanya selalu ku minta dalam setiap doa agar aku berhenti mencintainya

Kekaguman itu pernahlah kian mekar ketika al qur'an ku tak sengaja tertinggal di angkruk an belakang.gus rizal yang mendapatinya,mengambilnya dan mengembalikan saat aku sedang masak bersama mbak mbak yang lain di dapur.

"mbak iki loh..alqur'an e fiha..mbuh fiha sopo nitip yahh"

Ujar gus rizal sembari menyodorkan al qur'an padaku,tanpa dia sadari nama yang dia sebut itu adalah namaku sendiri yang berada tepat di hadapannya.

MATSNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang