Tentang cinta seorang madu yang dengan diamnya hanya menuai berbagai luka..
Tentang cinta yang harus berpijak di atas cinta yang kian merana ikut melara dalam takdir yang memaksa..
Panggil dira pada noval yang sedang fokus menatap televisi.
"main yokk"
"main apa an? "
"masak masak an"
Noval menghela nafas pasrah.
"sama yang lain aja yahh"
Ujar noval yang langsung di beri tatapan dira. Mata dira sudah berkaca kaca. Noval tidak ingin sampai ketenangan di hancurkan dengan suara tangis adiknya.
"ya udah ayokk"
Akhirnya noval menyerah, dia tidak bisa menolak permintaan adiknya. Baginya perempuan yang harus di jaga lebih dari apapun adalah dira dan mamanya.
"ayyyoookkkkk"
Dira langsung berlari mengambil alat tempur untuk masak masakan.
Dira kini sudah berakting menjadi penjual dan noval di paksa membeli jualannya yang abstrak.
Ini aku harus gimana sihh
Batin noval yang tak faham dengan adiknya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"dir... "
"hemm? "
Jawab dira dengan masih sibuk bermain
"udahan yahh.. Main yang lain aja"
"eemmmmm ya udah yang lain aja"
"ok"
"sini bang"
Dira menarik noval kedalam kamarnya.
"duduk"
Dira meminta agar noval duduk di meja rias mininya.
"mau ngapain dir"
"udah abang diem aja.. Pasti cantik"
Noval sudah bisa menebak apa yang akan di lakukan adiknya. Kali ini dia benar benar pasrah. Dia sangat berharap abi dan mamanya segera kembali dari pesantren agar ada yang bisa menyelamatkannya dari aniyaya dira.
Dira mulai menyisir rambut noval sembari bersenandung tak jelas. Jujur kali ini noval benar benar bosan. Setiap hari dira selalu mengganggunya.
"bang.. "
"hemm? "
"emang bener yahh kalo anak pertama nggak bakal betengkar ama kakaknya? "
Noval melongo mendengar pertanyaan tak masuk akal dari adiknya. Ini benar benar di luar nalar noval.