Bima dan Dewi Arimbi

3.9K 150 24
                                    

holla gayss...aku balik lagi nih...dan di part kali ini kalian bakal di dongeng in ama gus rizal yahhh....di ambil hikmahnya lohh dari dongeng nya gus rizal kali manfaat...aamiin..

Yo dah lah aku nggk mau banyak cincong...

Selamat membacaaaaa...suka nggak suka tanggung sendiri yahh hehehe🤣

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

01 bulan kemudian

Rizal zanjabilla

Keberangkatanku sebentar lagi. Aku hanya sedang menunggu panggilan. Ini adalah hari yang seharusnya ada sebelum ini. Ya, akulah Rizal Zanjabila yang tanpa sadar telah membias bidadari surga dengan derita.

Dan sekarang aku akan datang padanya, aku akan mengatakan semua pesan hati yang harus disampaikan. Tak lupa adalah permohonan maaf. Kalaupun nanti aku tak di maafkan, setidaknya aku sudah berusaha. Masalah dosa biar aku yang menebusanya pada yang kuasa.

Dan untuk cintaku, Fadela An Izza Finatasara. Bukanlah aku melupakan hatimu. Aku masih menyelipkan namamu dalam rintihan do'aku. Kalaupun kau di sana, kau bertemu dengan kekasih surga, aku harap kau tak mencintainya. Karena perasaanku padamu masih bertahta dan terpelihara. Semoga Allah menyertakan dirimu bersama Fatimah Az Zahro'.

Kamu punya tempat tersendiri disini,di hati,yang tak seorang pun bisa menggantikan.

Sejenak, terdengar panggilan. Aku beranjak dari tempatku, aku menderet koper yang berukuran sedang.

Ya Allah mudahkan jalanku dan jagalah aku dari segala tipu daya syetan. Segeralah pertemukan aku dengan Mbak Fiha. Aamiin!

Perjalananku ke jerman di mulai.pesawat mulai lepas landas,menyapa awan awan yang berarak.

Mbak,aku minta maaf,selama ini aku selalu kasar sama kamu.....entah kenapa sebelum ini perempuan sebaik kamu nggak pernah ada di hati ku mbak...

Aku harap, satu bulan ini tak menghapus ingatan mbak Fiha tentang kenanganku.

Sampai di jerman

Aku keluar dari bandara. Kebetulan ada taxi yang melintas. Aku menghentikannya. Akupun diantar sampai ke apartemen yang sudah ku pesan via online.

Sebelum masuk, aku mengamati apartemen yang menjulang tinggi. Entah berapa ratus lantainya. Di pelataran terdapat pot-pot bunga yang di susun rapi. Ada dua penjaga yang berseragam sedang berdiri tegak di serambi pintu masuk. Beberapa orang keluar masuk dari sana. Mataku rasanya banyak berdosa karena sesekali aku mendapati para wanita yang berpakaian kurang sopan.

Hal yang ku keluhkan adalah, kenapa Fiha tidak pergi ke negri yang banyak ulama' saja, daripada banyak ilmuan tapi iman menjadi taruhan.

Setelah itu aku masuk ke apartemen. Aku mendapat lantai dua puluh tiga dengan nomor duaratus delapan puluh.

Aku melemparkan koperku asal di ruang tengah dan aku langsung menghempaskan diri di atas sofa. Rasanya perjalanan ini benar-benar melelahkan.

Aku meraih handphoneku dari saku celanaku. Aku tidak tau harus apa dengan handphone ini. Aku membuka galeri, ada foto. Aku melihat-lihat sampai akhirnya tanganku berhenti menggeser di foto Mbak Fiha.

Dengan gamis merah muda dengan kerudung yang senada, dia nampak anggun. Di tambah dengan senyumnya yang merekah penuh warna tiada terpaksa. Kali ini, aku benar-benar sangat merindukannya. Bagaimanakah kabarnya sekarang. Semoga Allah tetap bersamanya.

MATSNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang