Detik-detik

3.7K 205 27
                                    

Assalamu'alaikum readers maap yahh baru up🙏

Jadi merasa bersalah aku nya udah bikin nunggu,tapi ada yang nunggu nggk yah🙄
Nggk papa lah pokok nya jangan lupa vote n koment plus follow akun aku yahhh NurAzmiSulistiana

Ok,happy reading😍😍

Kita berada di angkasa yang sama
namun atmosfer kita berbeda.
Dimana kau adalah poros kecintaan hati, namun aku bukanlah
alasanmu berotasi.

Satu bulan kemudian

Keadaan masih tak jauh berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Diantara aku dan cinta tidak ada sesuatu apapun yang terjadi. Gus Rizal masih tetap menjadi bayangan. Setiap kali dia datang ke kamarku, sebelum tidur dia mengingatkan agar aku meminta cerai padanya. Tapi satu hal yang tak ku mengerti, kenapa tidak dia saja yang menceraikanku? Bedanya sekarang Gus Rizal kerap menjemputku dari rumah sakit. Ada sedikit perhatian yang dia curahkan.

Aku mungkin masih kerap dihujam kecemburuan, tapi itu sudah menjadi kebiasaan. Aku biarkan hati beradu dengan keterpurukan. Gus Rizal mungkin belum bisa menjadi suamiku, tapi bagaimanapun dia adalah guruku. Jika ada waktu luang, aku menyempatkan ikut diniah Mbak-Mbak, atau mengajar diniah santri-santri.

"Fi Mas Rizal kemana?" Mbak Dela bertanya padaku yang sedang menderas di depan televisi.

"Di depan mungkin Mbak... tadi ada kang-kang yang mencari soalnya..."

"Ya sudah makasih..."

Mbak Dela pergi ke depan, aku melanjutkan Al-Qur'anku. Baru beberapa baris, tiba-tiba Mbak Dela datang lagi.

"Fi... kamu ndak mau nitip apa-apa?" tanya Mbak Dela.

"Nitip apa toh?"

"Aku mau belanja... yakin ndak mau nitip."

"Memangnya Mbak Dela mau belanja ke mana?"

"Transmart Surabaya toh, kemana lagi,apa kamu mau ikut aja?"

"Ndak ah Mbak..."

"Yo wes aku berangkat."

"Sama Gus Rizal?"

"Ndak... aku sama sopir... Mas Rizal ndak tau di mana, ruwet."

"Ya udah ati-ati Mbak."

"Yo!"

Setelah itu Mbak Dela pergi. Aku melirik jam di dinding. Sudah jam delapan. Sebaiknya aku siap-siap ke rumah sakit.

Aku meletakkan Al-Qur'an di meja dan berangkat ke kamar. Aku mengganti pakaian, mengenakan gamis abu-abu dan kerudung pasmina abu-abu pula. Aku memakai celak dan Lip Teen, selesai. Aku mengemasi barang-barang yang di perlukan dan memasukkan ke dalam tas. Aku meraih jas dan sepatu, menentengnya sembari berjalan keluar.

Astaga! Pak Rokhim sedang mengantar Mbak Dela. Aku lupa. Akhirnya aku duduk di sofa ruang tamu, aku memesan Grab. Tinggallah menunggu Grabnya datang. Sejenak ada pesan masuk dari Lina.

Lina

Assalamualaikum... Fi
kamu apa kabar? kapan
kesini? aku udah kangen
banget ini.

Wa'alaikumsalam...
Alhamdulillah, yah
kapan-kapan aku kesana.
Kangen juga.

Sudah lama tak bertemu Lina. Rasanya dia benar-benar pergi dari kehidupanku. Aku rindu dengan bicaranya yang panjang lebar, dengan lawakan konyolnya, dengan perhatiannya. Yahhh yang jelas rindu.

MATSNATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang