Aku keluar dari kamar mandi dengan mata yang kurasa sudah sangat sembab.aku sedikit menunduk untuk menyembunyikan bekas perih yang di tunjukkan air mata.aku langsung kembali ke kamar,tak ikut serta lagi dalam acara.toh adanya aku atau tida,tidak akan ada pengaruhnya dalam acara.
Sampai dikamar, aku tak perlu waktu lama untuk sekedar menghempas tubuh di atas ranjang. Aku mengadakan wajah ke langit-langit. Mataku tak lagi berair, Entah sudah lelah atau air mataku memang sudah kering. Dengan tatapan kosong Aku tidak tahu harus memikirkan apa.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗
Azan tahajud mulai dikumandangkan, diiringi dengan suara suara tarhim di segala penjuru. Aku mengerjapkan Mataku berat sebelum akhirnya aku bangun.
"lin bangun lin..."
Kataku dengan menggoyang-goyangkan lengan Lina. Dia menguap sebentar, setelah itu dia mulai mengangkat kepalanya dari bantalnya.
"jam berapa fi.."
"jam 3 lebih seperempat.."
"owhhh..."
Aku pergi ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum Lina. Air Memang sesuatu yang tepat untuk mengusir kantuk, baru 1 basuhan di wajah saja mataku sudah beredar terang.
Setelah aku selesai membersihkan diri, Lina pun masuk melakukan ritual yang sama.
Di sudut kamar sempit itu, aku menghamparkan sajadahku di atas lantai. Aku mulai mengenakan mukena Hitamku barulah aku salat. Aku merasa mataku benar-benar mengganjal, Pasti karena terlalu banyak menangis.
Beberapa saat Lina keluar dari kamar mandi, dia pun mulai menggelar sajadah di sebelahku. Dia salat Berapa rakaat dan dipenghujung kami sama-sama melangitkan permohonan keluhan, Harapan pada sang pemegang kuasa.
Seperti biasa, saat adzan subuh mulai diperdengarkan barulah aku dan Lina berangkat ke masjid. Para santri pun nampak berlalu menuju masjid dengan mengenakan mukena dan menjinjing sejadah atau mencangklong kan di atas pundak titik biasanya seperti ini Gus Rizal akan mengumandangkan Adzan dengan suaranya yang mampu menyihir perasaan para pendengar. Tapi hari ini tak terdengar lagi suara itu bahkan seluet dirinya yang melepas sandal di bawah undak undakan pun tak ada.aku faham betul dimanakah sekarang dia berada.pastilah sekarang dia sedang mengimami shalat istrinya.
Aku dan lina duduk di barisan kedua karena memang barisan depan sudah terpenuhi.
"fi..kamu kenapa toh kok kayaknya banyak pikiran ?"
"ndak..aku ndak ada apa apa..."
"ya sudah kalo kamau ndak mau cerita...tapi masalah jangan terlalu dipikir.."
"santai ajh lin..aku ndak apa kok.."
Setelah para santri berkumpul di masjid barulah kang kang yang bertugas,mengimaami shalat subuh.usai shalat pun tak langsung bubar. Kami menyempatkan amalan ayatul hirzi yang di ijazah yg oleh Pak Kyai dan Gus Rizal selama mereka mengembangkan ilmu di Pondok Al Fatah Temboro.
Suara para santri serempak melantunkan ayat penjagaan, ada yang masih mengantuk sehingga sesekali memejamkan mata tadi kemudian membuka mata lagi melanjutkan bacaannya.
Fungsi kegiatan di masjid, aku dan Lina kembali ke kamar. Aku bergegas mandi, Hari ini aku akan kembali kerja. Bukan apa-apa aku hanya tidak ingin semakin terluka.saat melihat dua sejoli itu di atas pelaminan.aku hanya ingin menghindari perasaan tak baikku yang terus tak terima dengan ketetapan allah.
Aku membasahi kepalaku dengan air yang terasa begitu sejuk.aku sedikit memanjakan tubuhku sebentar sebelum akhirnya aku mengusaikan acara mandiku.
"hari ini kamu ndak kerja kan fi.."
Lina bertanya setelah aku keluar dari kamar mandi
"aku masuk kerja lin.."
"loh kamu ndak mau lihat resepsinya ta"
"ndak bisa lin aku ndak enak sama dokter aditya...dia sudah sangat baik sama aku"
"padahal aku mau ngajakin kamu foto sama pengantinnya"
"kamu ajh yang foto.."
"ndak seru kamu fi.."
Aku beringsut ke depan Cermin Untuk sekedar merias diri dengan menyisir rambut, memakai celak sebentar kemudian mengenakan kerudung marun yang Senada dengan pakaian.
"Ya udah aku duluan ya"
Kataku sembari menyambar tas dari gantungan di tembok dan menenteng sepatu hitam dan Jas putih. Aku berjalan sembari serabutan mengenakan jas disusul mengenakan sepatu aku baru akan beranjak tapi_
"fi.."
Ada yang memanggil namaku dari arah dapur, Aku menoleh ke arah sumber suara.
"mbak dela!..ada apa mbak.."
"kamu mau kemana"
"saya mau kerja mbak.."
"loh kamu ndak ikut acaranya.."
"ndak mbak saya harus ke rumah sakit.."
"loh kamu kan udah janji bakalan nemenin aku waktu pernikaha."
"saya minta maaf mbak.."
"kenapa ndak ambil cuti ajh..sehari ajh fi.."
"saya ndak enak sam atasan saya mbak.."
Tiba tiba
"biar aku yang ngizinin kamu ke atasan kamu.."
Gus rizal yang baru keluar dari dapur langsung menyahut percakapan kami.
"jangan gus..saya ndak enak.."
"mbak..hari ini saja,kalo ndak ada mbak fiha siapa yang mau ngatur tamu putri.."
Ujar gus rizal
"masih banyak mbak mbak yang lain gus.."
"memangnya ada keadaan darurat ta di rumah sakit"
"ndak ada.."
Hanya aku dan gus rizal yang terus beradu argument,mbak dela hanya diam menyimak.
"pon lah mbak ndak usah berangkat.."
"saya ndak bisa gus.."
"kenapa ndak bisa..toh dirumah sakit ndak ada keadaan darurat kan.."
💗fiha
Saya tidak bisa Gus, kenapa njenengan maksa saya terjun dalam jurang yang curam. Saya ndak mau tersakiti lagi Gus.... Cobalah mengerti perasaan saya."Sudah Gus saya sudah terlambat"
Kataku kemudian Beranjak Pergi
"Mbak"
Gusrizal masih memanggil
Mengapa panggilan itu terdengar begitu merdu atau suara itu dipoles setan-setan untuk indah di pendengaranku.
💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗💗

KAMU SEDANG MEMBACA
MATSNA
RomanceTentang cinta seorang madu yang dengan diamnya hanya menuai berbagai luka.. Tentang cinta yang harus berpijak di atas cinta yang kian merana ikut melara dalam takdir yang memaksa..