17 Tahun Berlalu
"Rosé~ah cepatlah kau bilang akan ada ujian pagi ini?" Siwon terkekeh melihat anak bungsunya yang tergopoh - gopoh menuruni tangga.
"Morning girls! So, kenapa kalian terus saja terbangun di siang hari dan kembali melewatkan waktu - waktu penting kalian di saat pagi?"
Tiffany yang melihat Siwon kembali menggoda anak - anaknya hanya menggeleng heran.
"Oh come on, appa tak bisakah kau tidak menggangu kami sehari saja?" tanya Rosé geram.
Kedua gadis Hwang lain yang tengah menyantap sarapannya terkekeh melihat tingkah adik bungsunya yang melakukan protes.
"Aigoo chipmunk kecil ku marah" ujar Jennie membuat kedua orang tuanya ikut terkekeh.
"Eonnie!" Pekik Rosé tak suka.
"Sudah cepat habiskan sarapan kalian. Rosé cepat kau bilang ada ujian pagi ini?"gadis blonde itu hanya mengangguk pasrah menjawab ibunya.
Gadis itu masih merasa kesal karena selalu di jahili oleh ayah dan kakaknya.
****
"Chaeyoung~ah!"
Gadis blonde itu hanya diam bahkan saat sahabatnya merangkul bahunya dengan kasar dari belakang "Ya, wae geurae?"
Rosé menoleh menatap sahabatnya "Aku baik Lisa. Kenapa kau begitu semangat hari ini?"
"Bukannya memang sudah setiap hari aku seperti ini?" Rosé tersenyum kecil menatap sahabatnya itu.
Lalisa, gadis dengan poni yang menutupi seluruh keningnya itu sudah menjadi sahabat Rosé semenjak mereka duduk di kelas satu kursi Junior High School.
Gadis itu memiliki banyak sekali keunikan dan keajaiban dalam hidupnya. Begitu juga dengan salah satunya yang membuat dirinya sangat dekat dengan Rosé.
Bertemu di rooftop sekolah dan hampir terjun ke hamparan rumput hanya karena dirinya tak kuasa menahan kantuk.
Sebutlah Rosé sebagai penyelamatnya, karena jika tidak ada Rosé mungkin gadis berponi itu telah bersatu dengan tanah saat ini.
Rasa hutang budinya membuat Lisa menjadi sosok yang selalu ada untuk Rosé. Menjadikan dirinya seorang guardian angel bagi Rosé.
"Oh ayolah, aku tahu apa masalah mu. Pasti appa dan eonnie mu yang mirip kucing itu, kan?"
Rosé menatap Lisa terkeju. Gadis berponi itu seakan bisa membaca semua fikirannya setiap kali dirinya tidak mau bercerita "Lihatlah ekspresi wajah mu itu. Jangan kau kira aku tidak tahu"
"Ya, baiklah aku memang selalu tidak bisa menyembunyikan apa pun dari mu Lisa~ya. Kau tahu, Jennie eonnie dan appa ku selalu menjahili ku"
Lisa mengangguk, gadis itu sangat paham tingkah jahilan yang membuat sahabatnya itu geram setiap paginya.
"Ayolah mereka hanya bercanda. Kau seharusnya bersyukur memiliki keluarga yang lengkap. Kau tau aku sangat ingin memiliki eonnie"
"Aigoo, aku ini kakak kembar mu Lisa~ya. Jangan lupakan itu!" Rosé menarik Lisa dalam rangkulannya.
Kedua gadis itu sampai di kelas mereka. Duduk bersebelahan dan mulai mengeluarkan alat tulis mereka.
"Eoh, Lisa~ya. Sepulang sekolah nanti bisa temani aku ke mall? Aku ingin membeli beberapa barang"
"Mianhae, pekerjaan paruh waktu ku bertambah sekarang" jawab Lisa penuh sesal.