"LISA!"
Tiffany berteriak keras saat mendapati tubuh kurus putri bungsunya yang tergeletak tak berdaya di lantai mansion.
Wanita empat anak itu berlari membabi buta diikuti dengan Siwon yang baru saja datang beberapa saat lalu.
"Lisa sayang, nak" Tiffany menangis saat Siwon meraih tubuh kurus Lisa dalam dekapan tangan kekarnya.
Yang pertama kali Siwon rasakan adalah tubuh Lisa yang terasa begitu dingin menyentuh kulitnya. Belum lagi wajah pucat gadis itu yang nampak kesulitan bernafas.
"Nak... katakan sesuatu" ucap Siwon lirih tak sadar mulai menangis.
"Lisa!"
Jisoo datang bersama Jennie dan Rosé yang berlari di belakangnya "Apa yang terjadi?"
Tiffany menggeleng lemas. Wanita Choi itu sudah tak bisa lagi berkata-kata dengan tatapan yang terpaku pada wajah Lisa.
"Aku sudah menghubungi ambulace" tangan Jisoo terulur menggenggam tangan dingin Lisa setelah melempar asal ponselnya.
"Bertahan, eoh. Bertahan dan tetap buka mata mu" Ucap Jisoo lirih berusaha meyakinkan adik bungsunya itu.
Lisa tak menghiraukan ucapan-ucapan yang terdengar samar di telinganya itu. Mata bulatnya hanya terfokus pada Jennie yang terdiam dengan air mata yang mengalir.
Melihat Jennie yang terpaku di sana dengan wajah panik dan takut membuat Lisa merutuki dirinya sendiri dalam rasa sakit yang sedang menyerangnya.
"Maaf eonnie, aku mengingkari janji ku"
•
•
•
•
Sejak tadi Jennie menangis kencang di pelukkan Jisoo sedangkan Rosé dan Tiffany menangis di pelukkan Siwon.
"Eonnie... Lisa kita" gumam Jennie terus menerus di telinga Jisoo.
"Lisa akan baik-baik saja. Aku yakin Seokjin akan membuatnya terus bersama kita"
Tangan Jisoo bergerak naik-turun mengusap punggu bergetar adik keduanya itu "Dia berjanji pada ku. Dia bilang aku tidak akan melihatnya kesakitan lagi. Tapi—"
"Sstt, Jennie~ya. Kau harus tahu seberapa kerasnya Lisa menyembunyikan rasa sakit itu dari kita, hanya karena ia tak mau membuat kita merasa khawatir"
Jennie tak menjawab. Gadis bermata kucing itu hanya menangis semakin kencang di bahu kakaknya.
Krit~
Pintu ruang IGD itu terbuka menampilkan wajah lelah Seokjin yang penuh keringat.
"B-bagaimana Lisa? Dia—"
"Tuan dan Nyonya bisa ikut ke ruangan ku. Lebih baik kalian menunggu Lisa sadar di ruangannya" jawab Seokjin cepat memotong ucapan Jisoo.
Pria Kim itu kembali menoleh pada pintu ruang IGD yang kembali terbuka menampilkan sosok Lisa dengan masker oksigen yang menutupi setengah wajahnya.