Rosé membuka matanya perlahan, membalik tubuhnya menghadap Lisa yang juga tertidur di belakangnya.
Gadis blonde itu menatap sekeliling menemukan anggota keluarganya yang lain tengah tertidur di sofa dengan wajah lelah "Kenapa bangun?"
Rosé tersentak saat Lisa mengeluarkan suaranya dengan mata yang masih tertutup "Kau... tidak tidur? Ku fikir beberapa hari belakangan ini kau mudah tertidur"
"Sebaliknya, aku sulit terlelap apa lagi jika tidak ada yang menemani ku" mata bulat Lisa terbuka perlahan membalas tatapan Rosé.
"Wae, ada yang mengganggu mu? Atau apa ada yang sakit?"
Lisa menggeleng dengan pelukkan yang mengerat "Hanya tidak bisa tidur. Mungkin karena aku sudah tertidur selama satu minggu?"
Lisa terkekeh mendengar kalimatnya sendiri tapi tidak dengan Rosé, gadis itu hanya terdiam menatap wajah pucat Lisa berada sangat dekat di hadapannya.
"Bagaimana kau bisa melawannya Lisa?"
Kedua alis Lisa terangkat mendengar pertanyaan Rosé "Melawan ap—"
"Bagaimana bisa kau melawan rasa sakitnya seorang diri tanpa mengeluh? Kau... selalu tersenyum dan terlihat ceria. Apa kau tidak berfikir untuk menyalurkannya agar rasa sakit itu tak terlalu membebani mu?"
Senyum tipis itu muncul di bibir Lisa "Untuk apa aku melakukannya jika semua itu tak pernah ku rasakan"
Rosé menggeleng tak mengerti "Aku tak pernah merasa sakit. Karena selama kalian bersama ku, rasa itu seolah tak pernah hadir dalam kehidupan. Hanya ada rasa bahagia dan hangat, tak ada yang lain"
Gadis blonde itu mengulum bibirnya kuat saat air mata itu perlahan turun tanpa seizinnya, dan dengan cepat menyembunyikan wajah basahnya pada ceruk Lisa.
"Maaf. Maafkan aku karena pernah merasa iri pada mu, melihat perhatian Jisoo eonnie dan Jennie eonnie yang sepenuhnya kau ambil membuat hati ku... merasa iri"
Bukannya marah atau kesal. Lisa malah terkekeh mendengar ucapan kakak ketiganya itu "Aku mengenal mu enam tahun lebih dulu dari mereka. Kau tetap prioritas ku di atas segalanya, dan jangan pernah berfikir perhatian mereka hilang karena kehadiran ku. Kau tetap kesayangan mereka"
"Aku pernah berfikir egois. Aku bernah berfikir untuk merebut Jaehyun dari mu karena kau telah mengambil perhatian Jisoo eonnie dan Jennie eonnie"
Tangan Lisa terulur menjauhkan tubuh Rosé yang bergetar "Kau menyukainya?"
"Tidak. Dia milik mu, aku tak pernah sungguh-sungguh untuk memilikinya"
"Chaeyeong~ah..."
Gadis blonde itu mendongak menatap wajah Lisa "Sudah tak perlu di fikirkan"
Tangan kurus Lisa kembali merengkuh Rosé dalam dekapnya. Memberikan kehangatan dari tubuh dingin gadis itu.
"Jalja..."
•
•
•
•
Gadis berponi itu terduduk diam menatap dinding kaca di sisi kanannya. Memandangi rintik hujan di luar sana yang nampak turun dengan deras membuat rasa dingin lebih erat menyelimutinya dalam kesunyian.
Tangan kurusnya terangkat melepas masker oksigen yang menepel pada wajahnya. Meletakkannya asal sebelum turun dari ranjang kasurnya.
Kakinya yang tak beralas melangkah perlahan menuju balkon kamarnya yang langsung di sambut dengan udara dingin sesaat setelah pintu itu terbuka.