Lisa tersenyum bahagia. Pagi hari ini benar-benar pagi yang membuat perasaannya jauh lebih baik.
Hari ini setelah Seokjin dan Jisoo secara resmi bertunangan.
Calon kakak iparnya itu memperbolehkannya untuk pulang karena kondisinya yang membaik "Dengar minum obat mu dan jangan kelelahan. Jika ada yang sakit segera beritahu Jisoo atau yang lain"
Lisa mengangguk tegas "Siap kakak ipar ku"
Tawa itu muncul saat wajah Jisoo dan Seokjin berubah menjadi merah "Tak perlu malu-malu. Kalian sudah biasa malu-malu-in"
Jennie meringis saat tangan Jisoo dengan cepat memukul lengannya.
"Hati-hati di jalan. Aku akan pulang bersama Seokjin saat makan malam nanti" Lisa mengangguk paham dengan tangan yang ia lambaikan.
Setelah memastikan kedua adiknya itu pergi Jisoo segera berbalik menatap Seokjin dengan tajam.
"Kenapa kau memperbolehkannya pulang. Bukankah seharusnya ia menjadi pasien tetap? Kau tahu kondiri parunya itu akan semakin memburuk—"
"Apa kau tak ingin menghabiskan waktu bersamanya?" Ucap Seokjin dengan mata yang masih fokus menatap Lisa dan Jennie yang semakin menjauh.
"Tentu saja Seokjin. Tapi dengan memperbolehkannya pulang kondisinya bisa saja menjadi lebih buruk karena—"
"Aku tahu Jisoo~ya. Aku paham dengan sangat bagaimana kondisinya, tapi percaya bahwa ia akan baik-baik saja"
Seokjin beralih menatap Jisoo yang tengah menatapnya gusar "Walau pun kau membuatnya menjadi pasien tetap. Kondisinya akan tetap memburuk dan lebih parahnya lagi ia harus menjalaninya tanpa bisa menghabiskan waktunya untuk tertawa"
****
Siang ini langit nampak mendung membuat udara di kota Seoul menjadi lebih dingin.
Di dalam mansion megah itu entah apa yang sedang Rosé fikirkan, sejak tadi gadis itu hanya termenung di sofa ruang keluarga seorang diri.
Menatap kosong layar televisi di hadapannya dengan fikiran yang entah kemana "Kami pulang"
Tubuh kurusnya tersentak saat suara Jennie dan Lisa menggema "Kau pulang?"
Senyum itu muncul di wajah Rosé saat mendapati Lisa yang tengah di rangkul oleh Jennie.
"Seokjin oppa bilang kondisi ku sudah lebih baik. Jadi aku sengaja memberika kejutan pada kalian"
"Eomma dan appa sedang ada meeting. Mungkin baru pulang malam nanti" wajah mungil Lisa berubah menjadi murung.
"Biarkan saja orang-orang sibuk itu. Kita masih bisa bersenang-senang tanpa mereka" Tangan Jennie terulur mengusap lembut wajah Lisa yang kembali tersenyum.
"Aku merindukan Leo"
Jennie terkekeh melihat wajah Lisa yang mendadak berubah menjadi imut "Pasti dia kesepian dan menjadi kurus saat tidak ada aku"
"Kau salah. Dia semakin gendut dan menyebalkan—"
"Leo itu tidak gendut tau! Dia menggemaskan, iyakan Jennie eonnie?" Gadis bermata kucing itu mengangguk menjawab pertanyaan Lisa yang lebih seperti menuntut.
"Kajja kita temui Leo" Ucap Jennie yang membawa Lisa menuju kamarnya.
"Sudah jelas kucingnya itu gendut. Masih saja tidak mau mengakuinya"