Senyum itu tak pernah hilang dari wajah Jisoo. Kakaknya itu nampak begitu gembira menceritakan pengalamannya sebagai seorang koas.
Baru beberapa hari dirinya merasakan bagaimana sibuknya menjadi seorang dokter. Walau masih berstatus asisten untuk sekarang, tapi hanya tinggal beberapa hari lagi sampai dirinya resmi menjadi seorang dokter yang akan di akui oleh seluruh Korea Selatan.
"Kau tahu aku bahkan jarang sekali duduk terdiam di ruangan ku. Selalu saja pergi ke sana kemari apa lagi saat UGD sedang padat. Astaga itu benar-benar melelahkan"
Seokjin tertawa melihat wajah Jisoo yang nampak lelah tapi kekasihnya itu masih saja bercerita dengan riang dan bersemangat.
"Nah kau merasakannya sekarang. Jadi berhenti marah-marah pada ku hanya karena aku telat mengabari mu"
Lisa dan Jennie menggeleng menyaksikan perdebatan keduanya yang kembali di mulai "Setelah kau menjadi dokter. Ku harap sesibuk apa pun kau, utamakan terus keluarga. Aku tidak mau kau sibuk dengan orang lain dan mengabaikan keluarga mu"
"Orang lain yang kau maksud itu pasien ku Seokjin~ah" jawab Jisoo merasa geram.
"Arra. Tapi kau akan menyesal jika melakukan itu. Tangis mu akan lebih keras dan menyesakkan saat keluarga mu yang meninggalkan mu"
Jisoo terdiam. Ia tak bisa membantah Seokjin jika pria itu sudah membahas hal seperti ini "Aku percaya Jisoo eonnie tak akan melakukan hal seperti itu"
Lisa tersenyum di sana membuat Jisoo merasa tenang. Adik bungsunya itu akan selalu berhasil membuat suasana hatinya menjadi lebih baik.
"Oh tentu saja. Jika Jisoo eonnie melakukan itu akan ku coret namanya dari daftar keturunan Hwang"
Jisoo menoleh menatap adik keduanya itu kesal "Mana bisa. Hanya appa dan eomma yang bisa melakukannya"
"Tentu saja bisa. Aku tinggal merengek pada appa. Itu mudah"
"Hais—" Seokjin menahan Jisoo yang hendak menghampiri Jennie.
Sedangkan Lisa hanya tertawa menatap kelakuan kedua kakaknya itu yang lebih pantas di lakukan oleh bocah 10 tahun.
"Hentikan. Apa kalian tidak malu pada Lisa, huh? Dasar kekanakan" omel Seokjin membuat keduanya terdiam.
"Oppa, tak bisakah kau melepas masker oksigen ini? Aku seperti Sandy saat berada di bikini bottom" ucap Lisa mengingat tupai teman si kuning spongebob itu.
"Tidak!"
Wajah Lisa berubah masam saat Seokjin dan Jisoo dengan serempak memekik keras padanya "Aaa wae? Aku sudah baik-baik saja"
"Oh begitu. Lalu siapa yang kemarin menangis dan meminta hal macam-macam?" Lisa tersenyum malu.
"Tapi Lisa~ya jika dilihat kau lebih mirip spongebob dan Jennie adalah Squidward-nya. Benarkan Seokjin"
Mata sipit Jennie melebar menatap Jisoo dengan sorot amarah "Ya! Eonnie—"
"Hais jangan lagi"
•
•
•
•
"Eonnie lepaskan dulu pelukannya" ucap Lisa yang merasa geram dengan Jennie.
Pasalnya kakak keduanya itu terus saja menempel padanya. Tak mau lepas dengan kedua tangan yang terus melingkar pada perut ratanya.
"Eonnie—"
"Lusa aku akan mulai sibuk dengan ujian. Aku akan jarang bersama mu, jadi biarkan aku seperti ini terus"
Lisa pasrah ia tak bisa melihat Jennie sedih jadi biarkanlah kakaknya itu memeluk dirinya sepuas mungkin "Eonnie mau mendengarkan lagu?"
Gadis bermata kucing itu mendongak menatap wajah adik bungsunya yang begitu terasa dekat.
"Boleh..." Lisa tersenyum di balik masker oksigennya.
Tangannya bergerak memindahkan salah satu airpods di telinganya dan memasangkannya pada telinga Jennie.
"Kau suka sekali lagu melow seperti ini" ucap Jennie yang kembali merebahkan kepalanya pada bahu Lisa.
"Eonnie, jika kau menjadi seorang penyanyi nantinya. Bisakah kau membuatkan ku sebuah lagu?"
Jennie mengangguk "Akan ku buatkan jutaan lagu untuk mu. Nanti kau juga harus membuatnya dan menyanyikannya bersama ku"
Jennie tersenyum membayangkan bagaimana indahnya mereka bernyanyi bersama di atas satu panggung yang sama. Berpegangan tangan dengan suara yang saling bersahutan.
"Lisa~ya mau kah kau mengajari ku dansa?"
Hening. Tak ada jawaban atau pergerakkan dari Lisa.
"Lisa—"
Putri kedua Hwang Siwon itu terdiam menatap wajah damai adik bungsunya yang tertidur di sisinya.
"Apa kau lelah?" Tangan Jennie terulur merapihkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah adiknya itu.
"Jika kau lelah rehatlah. Tapi kau harus kembali pada ku untuk kembali berjuang"
****
Canda tawa itu tak lepas dari ruang rawat mewah si bungsu Hwang.
Pagi tadi, Siwon dan Tiffany baru saja datang. Setelah beberapa hari melakukan business trip yang mendadak. Mereka akhirnya dapat pulang dan kembali berkumpul bersama keempat putrinya.
"Jadi Seokjin kau benar akan melamar Jisoo pekan ini?"
"Appa!" Tegur Jisoo merasa tak nyaman dengan pertanyaan ayahnya itu.
"Iya tuan. Aku akan membawa orang tua ku ke sini untuk melamar Jisoo. Ku fikir kau benar, lebih cepat lebih baik"
Siwon mengangguk paham. Ia memang tak salah menyetuji hubungan Seokjin dan Jisoo "Bagaimana jika perayaannya di lakukan setelah Jisoo mengucapkan janjinya sebagai dokter?"
"Tentu saja. Kau bisa mengaturnya bersama Jisoo" Seokjin tersenyum senang.
"Wah aku tak percaya kau akan melakukannya saat aku seperti ini" pria Kim itu menoleh pada Lisa yang baru bangun.
"Kau sudah bangun sayang"
Lisa mengangguk, memejamkan matanya saat Tiffany mulai menciumi wajahnya."Cepat sehat, eoh? Eomma sangat menyayangi mu" tangan itu bergerak mengusap dengan sayang surai Lisa.
Jennie bangkit menghampiri Lisa di ikuti dengan kedua saudarinya yang lain "Tentu saja eomma. Hanya tinggal 3 hari lagi, Lisa akan datang dan menyaksikan ku mengucapkan janji. Benarkan?"
"Tentu saja. Aku akan menyaksikan mu di kursi paling depan bersama Jennie eonnie dan Rosé"
"Jangan di paksakan. Fikirkan saja kesembuhan mu dulu" Siwon bangkit dan bergabung.
"Sejauh ini kondisinya stabil. Semoga saja akan terus seperti itu kedepannya" Jisoo mengangguk setuju pada Seokjin yang sekarang berdiri di sisinya.
Mata bulat Lisa bergerak menatap satu persatu orang di hadapannya. Melihat wajah bahagia penuh harap itu.
Sungguh ia tak ingin membuat wajah-wajah itu kelak berubah menjadi penuh air mata kesedihan karenanya.
The Fault
Jakarta, 22 July 2020Note :
Udah itu yg demo minta putus tahan dolo tahan ges😂