10. Visited

20.5K 2K 114
                                    

Lisa terdiam di tempatnya menatap Jisoo terkejut "Sejak kapan...."

"Sejak kapan kau mengkonsumsi obat penenang Lisa~ya" tanya Jisoo lirih menatap kecewa adik bungsunya.

Gadis berponi itu membisu, tidak menduga jika Jisoo akan mengetahui prihal ini begitu cepat.

"A-aku mengkonsumsinya sejak eomma ku meninggal, tapi saat itu aku berhenti karena Rosé membuat ku terikat janji untuk berhenti mengkonsumsinya"

"Wae... kalau begitu kenapa kau kembali meminum obat sialan itu?" Tanya Jisoo penuh rasa kesal.

"Obat sialan itu membantu ku tidur dan lebih tenang, eonnie" jawab Lisa lirih menunduk.

Jisoo memejamkan matanya lelah, gadis itu tak menyangka di balik senyum Lisa saat bersamanya. Adik bungsunya itu masih menyimpan derita yang begitu besar.

"Kenapa kau tidak mau menceritakan prihal itu pada, huh?" Jisoo luluh ke lantai dengan menggenggam tangan Lisa erat.

Gadis berponi itu terdiam sejenak, sebelum kembali mengeluarkan suara lirihnya "Rasa takut terbesar ku adalah kehilangan"

Jisoo mengulum bibirnya menahan isak yang siap keluar dari bibirnya "Ucapan Rosé malam itu terus terngiang di telinga dan kepala ku. Itu sebabnya aku berfikir untuk menenggelamkan diri ku di laut"

Mata bulat itu menatap Jisoo penuh rasa sakit "Aku juga tak ingin kembali berkegantuan dengan obat itu, tapi jika aku tak meminumnya... kepala ku seperti ingin pecah dan—"

Lisa tidak lagi meneruskan kalimatnya saat tangan Jisoo secara tiba - tiba menariknya ke dalam pelukan hangat kakak sulungnya itu.

"Kalau begitu berhenti, buang semua hal itu jauh - jauh demi aku. Aku tidak bisa melihat adik ku berkegantungan dengan obat yang bisa membunuhnya kapan saja"

Jisoo melepas pelukannya, menangkup wajah pucat milik Lisa "Berjanji pada ku untuk berhenti meminum obat sialan itu. Aku bersumpah akan membenci mu jika suatu saat nanti kau pergi karena obat itu"

Gadis berponi itu mengangguk kaku "Aku berjanji, eonnie"

Jisoo tersenyum senang dan kembali menarik Lisa ke dalam dekapannya.

.

.

.

.

Beberapa hari berlalu, Lisa menepati janjinya pada Jisoo. Gadis itu berhenti mengkonsumsi obat penenang sedikit demi sedikit.

Walau belum seutuhnya, tapi gadis berponi itu akan meminta izin terlebih dahulu pada Jisoo jika keadaan memaksanya untuk meneguk beberapa pil agar membuatnya merasa tenang.

Pagi ini suasana meja makan nampak cukup ramai saat Jisoo memulai pertengkarannya dengan Jennie karena ayam.

"Kenapa kau mengambil ayam ku, huh? Kau bisa mengambilnya di tumpukan ayam di hadapan mu kenapa harus dari piring ku?"

Gadis berambut hitam itu tak terima saat Jennie dengan santainya meraih kulit ayam miliknya yang ia sisahkan untuk di makan belakangan.

"Baiklah..." Jennie kembali menyodorkan kulit ayam milik kakaknya itu yang sempat ia gigit.

"Dasar menyebalkan, awas saja kau nanti" Lisa tersenyum bahagia di sana.

Pemandangn seperti ini benar - benar membantunya untuk lebih tenang dalam menjalani kesehariannya.

"Jisoo~ya, apa malam nanti Seokjin jadi datang?" Tanya Siwon membuka suara.

"Oh, dia akan datang untuk makan malam. Aku yang mengajaknya, tak masalah bukan?" Siwon mengangguk sebagai jawaban.

The Fault ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang