51. Decline

10.9K 1.2K 80
                                    

Wajah-wajah lesuh itu tercetak jelas. Menunggu penuh rasa cemas di depan pintu ruang IGD.

Berharap sosok Seokjin keluar dengan berita baik yang membuat mereka merasa lega.

Tapi sesaat kemudian harapan itu sirnah saat wajah tampan Seokjin muncul dengan keringat dan ekspresi tak terbaca.

"Bagaimana?" Tanya Jisoo cepat menghampiri kekasihnya.

"Tenanglah dia tak apa" jawab Seokjin yang membuat Jisoo dan yang lain menghela nafasnya lega.

"Tapi..."

Tubuh Jisoo kembali menegang saat suara kekasihnya itu kembali terdengar "Kita tak bisa terus mempertahankannya dengan kondisi parunya yang seperti ini"

Seokjin mendongak menatap satu persatu wajah yang basah karena air mata itu "Parunya tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Kita harus segera melakukan transplantasi jika tidak gagal jantungnya bisa saja menjadi lebih parah"

"Lakukan Seokjin~ah. Lakukan itu secepatnya" ucap Siwon yang membuat Seokjin kembali menunduk.

"Jika saja bisa akan ku lakukan tanpa meminta persetujuan kalian. Tapi mendapatkan donor paru itu tak semudah mendapatkan permen"

Siwon membisu. Pria Hwang itu sadar se-kaya apa pun dirinya, uang itu masih tak bisa membantu putrinya dalam keadaan seperti ini.

"Aku sudah mencantumkan namanya pada daftar pasien darurat nomor satu yang harus segera mendapatkan donor. Tapi kita masih harus menunggu"

Jennie terduduk lemas di lantai. Baru sehari tawa lepas adik bungsunya itu memenuhi mansion. Tapi kenapa secepat ini takdir memberikannya kesempatan.

"Untuk sekarang sampai kondisinya membaik ia harus berada di ICU. Aku akan menjaganya selama 24 jam. Kalian tenang saja"

Seokjin menyingkir memberikan jalan pada ranjang yang membawa Lisa menuju ruang ICU.

Dokter muda itu terdiam menatap Siwon dan yang lainnya mengikuti Lisa. Lalu mata pria Kim itu beralih pada Jisoo yang entah sejak kapan terduduk dengan isak keras di tepi pintu IGD.

"Hey..." ucapnya lembut merengkuh tubuh Jisoo.

"Tak apa. Dia akan segera pulih" ucap Seokjin yang mendapatkan tepisan kasar dari Jisoo.

"Kau selalu mengatakan itu Seokjin. Seorang dokter akan selalu berusaha meyakinkan bahwa pasiennya baik-baik saja, aku tahu itu. Ingatlah bahwa aku pun seorang dokter sekarang, jadi berhenti mengelabui ku"

Seokjin menghela nafasnya pelan "Aku memeluk mu sebagai seorang kekasih, calon suami dan seorang kakak"

Jisoo tak menolak saat tangan kekar Seokjin kembali merengkuhnya "Dia juga adik ku Jisoo~ya. Dia sendiri yang bilang bahwa dia adalah adik ku"

"Aku takut" bisik Jisoo tepat di telinga Seokjin.

"Aku takut tidak bisa menolongnya" tangan Seokjin bergerak mengusap lembut punggung Jisoo.

Pria Kim itu mengerti apa maksud dari kekasihnya "Jika kau gagal. Dia akan tetap menyayangi mu"

Jennie berdiri diam menatap sosok adik bungsunya yang terbaring lemah dengan kabel dan alat medis yang menutupi tubuh kurusnya.

"Kau tak ingin masuk?" Gadis bermata kucing itu menoleh pada sosok Jisoo yang datang merangkulnya.

"Bolehkah?"

The Fault ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang