Lisa terdiam di tempatnya membuat Seokjin menatapnya bingung "Kau mengenal adik ku?"
"Ani, tapi bukankah mantan kekasih Jennie eonnie—"
"Ya, mereka memang sepasang kekasih. Bahkan jika saja Taehyung tidak mengenal Jennie mungkin aku dan Jisoo pun tak saling kenal"
Lisa semakin di buat bingung oleh ucapan Seokjin. Gadis berponi itu mencerna dengan sulit kalimat Seokjin.
"Begini, kami dulu bertetangga. Aku adalah sosok yang tak terlalu senang dengan orang lain berbeda dengan Taehyung. Adik ku itu senang bersosialisasi, makan itu ia dekat dengan keluarga mu sejak kecil"
Seokjin terdiam sejenak mengingat kenangan singkat bersama adiknya itu "Kami pindah. Dan saat aku pergi untuk kuliah di luar negeri Taehyung kembali bertemu dengan Jennie. Menjalin hubungan selama dua tahun. Adik kurangajar ku itu ingin melangkahi ku dengan merencanakan pernikahan beberapa bulan setelah aku mengucapkan janji ku sebagai seorang dokter"
Seokjin kembali terdiam. Sepertinya ini titik terberat dari cerita hidupnya. Lisa bahkan bisa melihat dengan jelas air matanya menggenang di plupuk matanya.
"Tapi takdir berkata lain. Dua minggu setelah aku menjadi seorang dokter, ia akan melaksanakan lamaran tapi dia mengalami kecelakaan dan bodohnya aku tak bisa menyelamatkannya"
Tangan besar Seokjin terangkat mengusap kasar air matanya yang jatuh tanpa seizinnya. Matanya berangsur memerah dengan urat wajahnya yang terlihat.
"Aku—"
Seokjin terteguh saat Lisa memeluknya. Mengusap punggung besar Seokjin dengan kelembutan.
"Oppa tidak pernah gagal. Itu takdir dan jalannya. Kita hanya bisa menerima keputusan takdir"
Usapan itu terus bergerak membuat punggung Seokjin mulai bergetar "Tak apa, menangis lah jika oppa ingin menangis. Aku di sini, menampung rasa sakit dan air mata oppa"
Seokjin tak bisa lagi menahan tangisnya. Air matanya jatuh begitu saja membasahi bahu kurus Lisa. Wajahnya yang memerah ia tenggelamkan di ceruk putih adik kekasihnya itu.
"Jika oppa kehilangan adik oppa. Maka aku di sini akan menjadi adik oppa"
•
•
•
•
Lisa termenung di ruang rawatnya seorang diri. Setelah kejadian di taman tadi Seokjin meminta izin untuk pergi sebentar dan akan kembali dengan cepat.
Sedangkan gadis berponi itu mulai memikirkan banyak hal yang tiba-tiba saja hinggap di fikirannya.
"Jika Seokjin oppa saja bisa sampai seperti itu. Bagaimana dengan Jennie eonnie, ia pasti sangat terpukul"
Lisa menghela nafasnya kasar mengingat kejadian siang tadi. Wajah panik Jennie benar-benar membuatnya bingung saat itu.
Tapi setelah tahu cerita mengenai Taehyung. Ia jadi paham seberapa kehilangannya Jennie. Ia juga mengingat wajah sedih Jennie saat berada di ruang musik saat itu.
"Apa Jennie eonnie baik-baik saja?"
****
Keringat itu telah membasahi keningnya. Wajahnya yang basah nampak tak tenang dalam tidurnya malam ini.
Mimpi buruk itu kembali hinggap. Membuatnya harus terbangun lagi dan lagi setiap malamnya.
Mata kucingnya perlahan terbuka dan melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 10 malam "Huft... jika seperti ini terus aku harus minum obat tidur"