Jennie terdiam memandangi tangannya yang mulai bergetar.
Gadis bermata kucing itu menoleh secara perlahan mendapati adik bungsunya yang juga terdiam menatap ke arah lain.
"Katakan bahwa aku salah dengar Lisa" ucap Jennie dengan suara lirih.
Gadis berponi itu hanya diam tak menjawab, mata hazelnya bergetar dengan air mata yang menggenang di pelupuknya.
"Kau... berani mengatakannya pada ku?
Jennie melemas di tempatnya berdiri dengan air mata yang mulai menetes di pipinya "Kau membelanya? Kau rela meninggalkan ku demi orang itu?"
"Aniyeo, aku akan melakukannya untuk—"
"Aku tak peduli untuk apa kau melakukannya! Aku hanya meminta kau untuk tetap bersama ku apa itu sulit?"
Putri kedua Hwang Siwon itu berseru dengan rasa kecewa yang mengusai dirinya. Bahkan tanpa ia sadari suaranya telah menggema dimana - mana.
"Baiklah, jika itu keputusan mu"
.
.
.
.
Setelah perdebatannya bersama Lisa malam tadi, Jennie menjadi sosok yang lebih pendiam dan dingin dari sebelumnya.
"Rosé, dimana Lisa? Tidak biasanya ia bangun terlambat, apa dia tidak pergi ke sekolah?" Tanya Tiffany yang tak mendapati putri bungsunya seperti biasa.
"Molla, aku tidak menemuinya. Terakhir aku bersamanya malam tadi, di ruang musik selepas makan malam" jawab Rosé mendapatkan anggukan dari Tiffany.
Jisoo bangkit dari duduknya "Biar aku yang menemuinya"
Yang lain hanya mengangguk membiarkan Jisoo melangkah pergi menuju kamar Lisa seorang diri.
.
.
.
.
Tangan kurus gadis itu nampak mencengkram pinggi wastafel dengan kuat. Membuat jemari yang semula putih itu kini berubah memerah dengan genggaman yang kian mengerat.
Matanya terpejam erat dengan kening yang berkerut. Keringat dingin sudah membasahi tubuh kurusnya yang berdiri dengan kaki gemetar.
"Lisa~ya kau di dalam?"
Mata bulat gadis itu terbuka perlahan dengan nafas yang tertahan sesaat dan kembali terhembus dengan berat.
"Lisa?"
Ia menggigit bibir bawahnya kuat menahan erangan yang ia tahan sejak 15 menit yang lalu.
Sampai ketukan pintu kamar mandi terdengar jelas di pendengarannya "Eoh, naneun... yeogieisseo"
"Ah, kau membuat ku khawatir. Kau tidak sekolah? Ini sudah hampir siang"
Lisa terdiam, mengatur nafasnya yang mulai terputus - putus "A-ku akan turun"
"Kau baik - baik saja, kan?" Tanya kakak pertamanya lagi mengeluarkan suara.
"Eoh..."
"Baiklah, aku akan kembali ke meja makan. Kami menunggu mu" Lisa membuang nafasnya lega mendengar suara langkah kaki Jisoo yang perlahan menjauh.
Gadis berponi itu kembali memejamkan matanya, mengalihkan fokusnya penuh pada dada kirinya yang berdenyut nyeri sejak pagi tadi.
"Ughh...."