46. Question

10.9K 1.2K 121
                                    

Jaehyun berlari layaknya orang kesetenan sesaat setelah Rosé menghubunginya dan mengatakan bahwa Lisa di larikan ke rumah sakit malam tadi.

"Jaehyun..."

Pria Jung itu terteguh mendapati kekasihnya yang terbaring lemah di atas kasur rumah sakit dengan masker oksigen yang menutupi setengah wajahnya.

"Kemarilah" seolah tersihir. Kaki jenjang Jaehyun secara perlahan melangkah mendekati Lisa.

"Kenapa tidak menghubungi ku jika kau sakit, hm? Aku—"

"Maaf karena membuat mu repot" Jaehyun menggeleng, tangan besarnya terulur menggenggam tangan kurus Lisa dengan hangat.

"Aku tidak pernah merasa di repotkan. Katakan apa pun pada ku. Kau ingin sesuatu atau kau merasa sakit, katakan semuanya pada ku. Arraseo?"

Lisa mengangguk, membalas genggaman tangan Jaehyun dengan lemah "Semuanya akan baik-baik saja, kan?"

Jaehyun menatap penuh harap Lisa yang hanya terdiam. Sungguh, melihat bagaimana lemahnya Lisa saat ini membuat Jaehyun merasa bersalah dan menyesal karena tidak bisa berbuat apa-pun.

"Aku punya satu permintaan, apa kau mau mengabulkannya?" Tanya Lisa yang langsung di angguki oleh Jaehyun.

"Tentu katakan saja" jawab Jaehyun cepat.

"Kita putus dan kau harus berpacaran dengan Rosé"

****

Seokjin tak berhenti mengusap punggung bergetar Jisoo yang sejak tadi menangisi adiknya.

"A-aku tak menyangka kondisi Lisa bisa sampai seburuk itu. Kemarin kita masih bercandan bersama Seokjin~ah, kami bahkan tidak bisa menyadari bahwa ia kesakitan karena senyum itu tak pernah hilang dari bibirnya"

Pria Kim itu mengulas senyum tipis pada Jisoo, tangannya bergerak merapihkan rambut hitam Jisoo yang tak tertata rapih.

"Dia penipu yang ulung Jisoo. Bahkan saat tubuhnya sedang menjerit kesakitan, bibir itu akan tetap berkata baik-baik saja dengan senyum manis yang dapat mengelabui kita semua"

Seokjin termenung mengingat kenangannya bersama Taehyung. Adiknya itu mirip seperti Lisa. Sangat pandai dalam menyembunyikan rasa sakitnya.

Senyum itu hanya topeng karena saat mereka sendiri, tanpa seorang pun tahu mereka menangis tanpa suara menahan sakit.

Dan itulah hal yang paling Seokjin benci.

"Seokjin~ah aku takut kehilangannya" mata hitam Seokjin melirik pada kekasihnya yang menunduk dengan isak.

"Kita semua tak bisa melawan takdir Jisoo. Sekeras apa pun kau mempertahankan dan melindunginya jika tuhan ingin ia pergi dari mu, ia akan tetap pergi"

Tangis Jisoo semakin keras. Putri sulung Hwang Siwon itu benar-benar tak siap bila harus kehilangan bungsunya.

"Kita hanya bisa berjuang, selebihnya tuhan yang menentukan"

****

Jennie terdiam di ambang pintu sesaat setelah matanya mendapati Lisa yang tertidur dengan pulas.

Di sana Jaehyun dengan telaten mengusap surai Lisa, menunggu kekasihnya itu dengan sabar dalam diam "Jaehyun..."

Pria Jung itu terkejut dan langsung bangkit dari duduknya "Jennie noona?"

Jennie hanya mengangguk saat Jaehyun membungkuk sopan padanya "Sejak kapan Lisa tidur?"

"Beberapa saat yang lalu. Setelah makan dan minum obat aku menyuruhnya untuk istirahat ku fikir ia harus banyak istirahat"

Tangan Jennie terulur mengusap penuh sayang surai Lisa "Jika kau ingin pulang, pulanglah biar aku yang menemaninya"

"Apa tidak masalah?" Jennie menoleh pada Jaehyun dan mengangguk pelan sebelum kembali fokus pada Lisa.

"Tolong hubungi aku jika ia ingin atau membutuhkan sesuatu. Aku sudah berjanji untuk terus ada untuknya, jadi aku harus menepatinya"

"Iya, akan ku suruh Rosé untuk menghubungi mu" Jaehyung mengurungkan niatnya untuk beranjak.

Pria Jung itu menatap Jennie yang sedang fokus pada Lisa dengan penuh tanya "Kenapa Rosé?"

"Ku fikir kalian dekat, jadi apa salahnya. Kami sudah mempercayai mu, dan aku juga percaya bahwa kau tak akan berpaling pada Rosé"

Lisa membuka matanya perlahan, merasakan sebuah pelukan membungkus tubuhnya dengan hangat.

Gadis berponi itu menoleh, mendapati Jennie yang tertidur dengan damai di sampingnya.

Mata bulatnya terus mengamati wajah kakaknya itu dengan tatapan sendu. Merasa menyesal mengingat ekspresi takut Jennie saat melihatnya kemarin malam.

"Kau sudah bangun" Lisa tersadar dari lamunannya. Bungsu Hwang itu mengulas senyum manis membalas pertanyaan kakaknya.

"Kau butuh sesuatu—" Jennie mengurungkan niatnya untuk bangkit saat sepasang tangan kurus itu melingkar pada perutnya.

Mendapati Lisa yang menggeleng seolah meminta Jennie untuk tidak beranjak dan tetap bersamanya "Hari ini eonnie tidak kuliah bukan? Bagaimana jika eonnie pulang dan beristirahat di mansion saja?"

"Tidak. Aku akan menemani mu di sini" bantah Jennie mengeratkan pelukkannya.

"Aku tak ingin kau ikut sakit" tangan Jennie terulur menyingkirkan beberapa helai rambut Lisa yang menghalangi wajahnya.

"Aku tak apa jika sakit. Asalkan jangan kau"

Kecupan hangat itu mendarat di kening Lisa dengan cukup lama "Aku ini memang sudah sakit. Jadi aku tak ingin eonnie ikut sakit karena menjaga ku"

"Dengar ya anak nakal. Seberapa pun keras kau mengusir ku. Aku tak akan pernah meninggalkan mu sendiri lagi, tak akan!"

Lisa hanya dapat tersenyum saat wajah menggemasakan kakaknya itu kembali muncul seolah marah padanya.

"Aku tak akan pergi, begitu pun kau"

****

Mata Lisa bergerak melirik Rosé yang nampak sibuk dengan ponselnya "Apa se-sibuk itu kau sampai mengabaikan ku?"

Gadis blonde itu tersentak dan segera menatap Lisa dengan penuh perhatian "Kau butuh sesuatu? Apa ada yang sakit atau—"

"Berhenti bersikap seperti itu. Aku hanya ingin kau meletakkan ponsel mu dan mengajak ku berbicara"

Hela nafas itu terdengar. Tangannya secara asal meletakkan ponsel dengan tiga kamera itu di atas meja nakas.

Fokusnya beralih pada adiknya yang terduduk dengan posisi setengah tidur "Mwo? Kau ingin bicara tentang apa?"

"Sepertinya lebih banyak obrolan ketika kita masih menjadi sahabat. Lihatlah sekarang, bahkan saat kau dan aku sudah jelas menjadi adik dan kakak rasa hangat itu seakan hilang"

Rosé mengerutkan keningnya bingung. Entah Lisa yang berbicara tanpa arah atau memang Rosé lah yang tak mengerti arah pembicaraannya.

"Mianhae jika kau merasa seperti itu" Rosé tersenyum dengan tangan yang terukur menggenggam tangan adiknya itu.

"Boleh aku menanyakan sesuatu?"

Rosé menggangguk cepat "Jawab dengan jujur dan ku harap kau tidak menghindari pertanyaan ku"

"Akan aku jawab sebisa ku" tatapan mata bulat itu berubah menjadi serius. Membuat Rosé sedikit gusar.

"Apa kau menyukai Jaehyun?"

The Fault
Jakarta, 20 July 2020

Note :

Baru selesai nulis ini langsung di pub. Masih anget bener😂

The Fault ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang