Seperti tiga hari lainnya. Siang ini Jaehyun kembali datang dengan sebuket bunga daisy putih di genggamannya.
Pria itu selalu mengunjungi Lisa di kala gadis itu seorang diri karena keluarganya beraktifitas.
"Hey, aku datang lagi. Kenapa kau selalu tidur setiap aku datang? Kau pasti sangat marah pada ku"
Entah sudah berapa kali Jaehyun menggumamkan kalimat itu setiap kali pria itu datang.
Tangannya terulur menggenggam hangat tangan Lisa dan mengecupnya dengan lembut "Aku merindukan mu, sangat"
Pria itu tertawa hambar mengingat pertengkarannya bersama Lisa kala itu "Jadi seperti ini rasanya merindu tanpa mendapat balasan? Sepertinya ini karma untuk ku"
Jaehyun mendongak menahan genangan air mata itu yang siap turun membasahi pipinya.
"Jebal, maafkan aku dan buka mata mu" pria itu kembali menangis pada akhirnya.
Menyesali sikap dan perbuatannya pada Lisa beberapa hari lalu. Merutuki dirinya yang mengabaikan seberapa kerasnya gadis itu memberi tahukan dirinya bahwa ia membutuhkan sosoknya di sisi hampa itu.
"Jangan lakukan ini ku mohon. Kau boleh melakukan apa pun pada ku, tapi jangan seperti ini. Ini terlalu berat"
Jaehyun menunduk dengan air mata yang semakin deras membasahi pipinya. Dadanya sesak membayangkan air mata Lisa yang jatuh sore itu dan menangis dengan begitu pilu di hadapannya.
"Hukuman ini terlalu kejam Lisa. Aku tak sanggup" tangan besarnya semakin erat mengenggaman tangan Lisa.
"Aku berjanji jika kau membuka mata mu aku akan memberikan apa pun. Bahkan aku akan bolos kuliah untuk mu, aku akan melupakan semuanya dan terus di samping mu"
"Bukankah itu sudah seharunya kau lakukan" Jaehyun menoleh dengan terkejut dan mendapati sosok Seokjin yang bersandar pada dinding dengan tangan bersedekap.
"Nde, aku sadar seberapa berartinya Lisa untuk ku" ucap Jaehyun menunduk.
"Kau seharunya bersyukur. Karena tuhan memberikan mu kesempatan untuk menyesalinya selagi dia masih bersama mu"
Pria Jung itu mendongak menatap Seokjin sendu "Perlakukan dia dengan baik mulai sekarang. Atau jangan pernah bermimpi untuk melihatnya lagi"
Setelah mengatakan itu Seokjin langsung melenggang pergi meninggalkan Jaehyun dengan rasa sesalnya.
"Maaf. Maafkan aku Lisa"
****
Jennie di sana. Terus menanti mata bulat itu kembali terbuka. Memohon pada tuhan dan menangis dalam diam.
"Apa kau marah pada ku? Kenapa kau tak mau membuka mata mu juga, hm?"
Jisoo hanya terdiam membiarkan adiknya itu bermonolog seperti orang gila "Ayolah, apa mimpi mu seindah itu sampai kucing kesayangan mu ini di abaikan?"
Jennie berusaha tersenyum mengingat tawa Lisa saat malam ulang tahunnya beberapa hari yang lalu.
"Kau tahu Leo sudah semakin besar, dia juga makin gendut" ucap Jennie mengusap wajah Lisa perlahan.
"Jen, istirahatlah kau nampak tak baik-baik saja" ucap Jisoo menatap Jennie khawatir.
"Terserah jika kau berfikir aku gila. Nyatanya aku memang sangat merindukannya sampai ingin gila"
Jisoo beranjak duduk di sisi Jennie dan mengusap rambut adiknya itu lembut "Jangan seperti itu, Lisa akan sedih jika mendengarnya"
"Jika ia sedih seharunya ia bangun dan menghapus ia mata ku" ucapnya kembali menangis, lagi.