Mata bulat Lisa tak lepas menatap Jennie yang hanya diam sejak tadi. Hari ini pun tiba, dimana mereka akan menghabiskan waktu bersama dalam 3 hari kedepan.
"Apa pemandangan di luar lebih indah dari ku?" Jennie menoleh mengalihkan perhatiannya pada pemandangan di luar jendela.
"Wae, kau butuh sesuatu?" Tanya Jennie membalas tatapan Lisa.
"Saat sampai nanti, mau temani aku?" Ucap Lisa yang tak langsung di tanggapi oleh Jennie.
"Kemana? Bukankah kita akan ke pantai bersama-sama?" Tanya Jennie yang merasa bingung pada adik bungsunya itu.
Lisa mengangguk "Iya, tapi aku ingin pergi bersama mu saja nanti. Mau?"
Jennie hanya mengangguk dan kembali mengalihkan wajahnya menatap ke luar jendela.
Membuat perubahan wajah Lisa yang menatapnya sedih "Aku akan membuat mu keluar dari kenangan itu, eonnie"
****
Lisa baru saja hendak berlari mengejar Rosé dan Jisoo sebelum tangan Jennie menarik ujung hoodie kuningnya.
"Jangan berlari, nafas mu akan sesak" tangan Jennie beralih melingkar pada lengan Lisa. Menggandeng adik bungsunya itu hangat dan membawanya menuju resort.
"Kau langsung ingin ke pantai? Jangan sampai kelelahan, eoh"
Tiffany mengecup lama kening Lisa dan membiarkan gadis berponi itu pergi bersama ketiga kakaknya.
"Aku sangat khawatir padanya. Apa kita harus melakukan perawatan di luar negeri?" Ucap Siwon datang dan memeluk Tiffany dari belakang.
"Aku sudah coba membicarakannya. Tapi ia tak mau, katanya Seokjin sudah cukup untuk merawatnya"
Keduanya menghela nafas pasrah. Menatap keempat putrinya yang nampak bercanda riang di hamparan putihnya pasir pantai.
•
•
•
•
Keempat gadis Hwang itu tengah termenung bosan di dalam kamar. Saling terdiam mencari ide untuk di jadikan rencana malam ini.
"Argh aku menyerah! Perut ku lapar, otak ku jadi tak mau bekerja" Rosé membanting tubuhnya kasar ke atas kasur.
"Aku juga. Tapi aku tak lapar seperti chipmunk Hwang ini" Jisoo ikut merebahkan dirinya. Menatap langit-langit kamar.
Tinggal lah Jennie dan Lisa yang saling terdiam. Kedua gadis Hwang itu nampak masih memikirkan rencana yang akan mereka susun.
"Eonnie..."
Ketiganya menoleh menatap Lisa yang tiba-tiba saja berdiri. Tangan gadis itu terulur di hadapan Jennie "Wae?"
Tangan Lisa lainnya meraih ponsel dan menyalakan sebuah lagu "Ayo dansa bersama ku"
Jisoo dan Rosé seketika bangkit dari tidurnya. Menatap terkejut Lisa yang tiba-tiba saja meminta Jennie berdansa bersamanya.
Melihat Jennie yang mengangkat tangannya dengan ragu Lisa dengan cepat menarik tangan mungil kakaknya, menggenggamnya dengan erat dan hangat.
"Sudah lah chaeng lebih baik kita pergi dari pada menjadi nyamuk" Jisoo bangkit menarik Rosé yang hanya pasrah.
Sedangkan Lisa menatap kepergian kedua kakaknya itu dengan senyum kemenangan "Kau sungguh-sungguh ingin mengajak ku berdansa— Maksud ku kenapa tidak bersama Jaehyun atau—"
"Stt, diam dan ikuti saja aku" Jennie terkejut saat tiba-tiba saja Lisa memeluknya.
Melangkahkan kaki jenjangnya ke kanan dan kiri secara perlahan "Ikuti aku eonnie"
Jennie menurut, gadis bermata kucing itu membalas pelukan Lisa dan ikut menggerakkan kakinya.
"Aku selalu melakukan ini sebelum tidur bersama eomma dulu. Menurut ku ini sangat membantu saat aku selalu mengalami bermimpi buruk"
Lisa meletakkan dagunya pada bahu Jennie, sedangkan tangan gadis itu mengeratkan pelukkannya pada pinggang mungil kakaknya.
"Aku pernah kehilangan. Dan rasanya sangat sakit. Aku bahkan harus mengonsumsi obat penenang agar dapat makan dan tidur dengan tenang"
Jennie tak bereaksi, hanya terus mengeratkan pelukkannya pada Lisa "Aku kehilangan sosoknya. Ia satu-satunya yang terus berada di sisi ku dari kecil hingga remaja"
Tangan Jennie bergerak mengusap punggung kurus adik bungsunya itu dengan lembut. Berusaha membuat gadis itu tegar atas rasa sakitnya.
"Ia yang mengerti aku. Selalu bisa membuat ku tenang dan damai saat di dekatnya. Lembut dan penyayang adalah sifat dasarnya"
Jennie menempelkan hidungnya pada bahu Lisa. Menghirup aroma tubuh adiknya itu yang menjadi candu baginya.
"Aku kehilangan itu semua. Sosok hangatnya, sosok penyayangnya dan sosoknya yang selalu ada serta mengerti aku"
Air mata itu menetes secara perlahan dari sudur mata Lisa "Mereka hilang, pergi meninggalkan kita. Tapi kenangan itu tak pernah hilang, eonnie. Selalu membekas di hati dan akan selalu begitu"
Jennie mengangguk. Ucapan Lisa membuatnya ikut merasakan apa yang adiknya itu tengah rasakan "Aku dulu takut bercerita, takut tak ada yang bisa mengerti aku. Kepala ku sakit setiap kali memikirkan kehilangan eomma ku adalah hal terburuk dalah hidup. Tapi setelah bertemu kalian, aku sadar bahwa kita hidup tak akan bisa selalu bersama. Takdir akan memberikan mu hal yang lebih baik di masa depan, kau kehilangan tapi akan ada pengganti yang jauh lebih baik"
Walau tak terdengar Lisa tau kakaknya itu tengah menangis tanpa suara. Lisa membiarkannya. Air mata itu akan keluar sekarang, tapi tidak untuk esok, fikirnya.
"Aku tahu eonnie juga pernah kehilangan. Rasanya sakit, sangat. Aku tahu itu" bisik Lisa lirih di angguki Jennie.
"Aku tahu bayang-banya kehilang itu sangat buruk. Selalu membuat mu ketakutan dan bermimpi buruk. Tapi jika kau mau membaginya bersama ku, itu tak akan terjadi"
Jennie terdiam tak merespon. Lisa fikir kakaknya ini masih enggan berbagi sampai beberapa detik berlalu Jennie bersuara.
"Aku selalu bermimpi buruk Lisa, selalu. Sejak melihat mu saat itu, mimpi buruk ku kembali. Aku terpuruk saat kehilangan Taehyung, di satu-satunya kekasih ku sampai sekarang. Aku benci kehilangan, aku takut terbangun malam hari karena mimpi buruk. Aku tak ingin mengalaminya"
Isak Jennie semakin keras terdengar membuat Lisa semakin mengeratkan pelukannya "Aku panik setiap kali kau mengeluh sakit, aku takut kau meninggalkan ku seperti Taehyung"
Jennie menangis keras di bahu Lisa. Menyembunyikan wajah basahnya di sana dengan nyaman.
"Eonnie, rasa takut akan kehilangan itu wajar. Tapi saat kau merasa kehilangan, kau akan sadar bahwa waktu adalah hal terbesar yang sampai kapan pun tak akan pernah bisa kau ulang dan sia-sia kan"
Lisa melepas pelukannya menarik Jennie untuk duduk di pinggir kasur "Kau takut, kau selalu bermimpi buruk, itu proses. Sama saat kau menerima ku. Kau selalu merasa marah dan menyangkal rasa peduli mu pada mu tapi pada akhirnya kau dapat melewatinya"
Lisa mendeku di hadapan Jennie. Menggenggam tangan mungil kakaknya itu lembut "Kau... bisa melewatinya. Bersama ku"
Tangan Lisa terulur menghapus jejak air mata di pipi Jennie. Mengusap penuh sayang pipi besar kakak keduanya itu "Jika kau tak bisa melewatinya. Maka genggam tangan ku dan kita akan melewatinya bersama"
The Fault
Sentul, 16 July 2020Note :
Nih gimana ceritanya ini