Dua minggu berlalu dengan cepat, Siwon dan Tiffany tidak pernah sekali pun membiarkan Lisa seorang diri berada di ruangannya.
Selalu kakak - kakaknya atau merekalah yang akan menjaga serta menunggu bungsu Hwang itu.
"Kau sudah makan?" Tanya Siwon mengusap lembut rambut Lisa.
Gadis itu jadi kecanduan game saat Jisoo menghadiahinya nintendo switch dan terus menerus mengajaknya bermain bersama dengan kedua saudarinya yang lain.
Rosé memekik kesal saat character yang ia mainkan kalah "Kalian curang, aku selalu kalah"
Siwon menatap bahagia keempat putrinya yang nampak semakin akrab setiap harinya, bahkan tak jarang keempat gadis itu mengusir dirinya dan Tiffany agar mereka dapat bermain dengan leluasa.
"Lisa kau mengabaikan pertanyaan appa mu" gadis berponi itu menoleh saat suara Tiffany terdengar menyerukan namanya.
"Mianhae appa, aku sudah makan tadi" pria Hwang itu mengangguk dengan senyum manis.
"Lanjutkan saja, tapi jangan sampai kelelahan"
Tok tok tok
Pintu berwarna cokelat itu bergeser menampilkan dokter Lee dan dua orang perawat "Wah apa aku mengganggu permainan mu Lisa~ya?"
Jisoo membelalak matanya saat Seokjin muncul dari belakang tubuh sang paman "Oh Seokjin, kau sudah pulang?"
Pria Kim itu mengangguk "Lee ahjussi memberitahu ku bahwa Lisa di rawat dan kau sering menginap di sini"
"Apa kau masih suka merasakan nyeri pada dada kiri atau luka mu?" Tanya Dokter Lee mulai memeriksa Lisa.
Gadis berponi itu menggeleng "Arraseo, luka mu sudah membaik tapi jahitannya belum sepenuhnya mengering. Aku akan mengganti perbannya sebentar"
Siwon, Tiffany serta ketiga putrinya melangkah mundur memberikan ruang pada dokter Lee.
Seorang suster dengan perlahan mulai membuka beberapa kancing piyama Lisa, memperlihatkan perut rata gadis itu yang sedikit terbentuk.
Jisoo meringis saat perban yang menutupi luka adiknya itu terlepas, memperlihatkan sebuah luka yang telah terjahit nampak masih cukup basah.
"Appo?" Pertanyaan itu keluar dari bibir Rosé saat melihat ekspresi wajah Lisa yang nampak kesakitan.
"Aniyeo, rasanya ngilu dan sedikit perih—isst" jawab Lisa dengan ringisan.
"Gwenchana, lukanya masih basah maka itu jangan terlalu banyak bergerak jika tidak ingin jahitannya terbuka. Itu akan lebih menyakitkan"
Jisoo ikut tersentak saat dokter Lee mulai membersihkan luka adiknya itu "Argg... aku tidak tega melihatnya"
Berbeda dari dua saudarinya, Jennie memilih melangkah mendekati Lisa dan berdiri di sisinya "Remas tangan ku saat terasa sakit"
Lisa membuka matanya saat mendengar suara Jennie berbisik di telinganya "Aku tidak mengganggukan jika berdiri di sini, kan?"
Dokter Lee menggeleng dengan senyum di bibirnya "Tahan eoh, ini akan sedikit sakit"
Lisa tersentak dan tanpa sadar langsung mencengkram tangan Jennie saat dokter Lee mulai menutup luka gadis itu bersamaan dengan cairan yang terasa begitu perih mengenai lukanya.
"Tenanglah, sudah selesai. Kau akan baik - baik saja jika terus menuruti apa yang ku anjurkan. Kau kuat aku yakin karena jika kau lemah, kau tidak akan mendapatkan luka tembak ini"