Mata kucing gadis itu masih dengan lekat menatap wajah adik bungsunya yang nampak masih engga membuka mata.
Hari sudah hampir malam, tapi mata bulat gadis itu bahkan masih belum juga terbuka "Apa mimpi mu sangat indah sampai kau tak membuka mata mu?"
Jennie menghela nafasnya pasrah dan mulai menutup matanya perlahan.
Baru beberapa detik gadis itu menutup matanya, sebuah suara terdengar di pendengarannya. Membuatnya dengan cepat kembali membuka mata.
"Kau sudah bangun?" Jennie bangkit membalas tatapan Lisa padanya.
"Bagaimana? Apa ada yang sakit? Ingin ku panggilkan—"
"Eon-nie...."
Suara lirik yang terdengar serak itu berhasil membuat hati Jennie bergetar "Eon-nie..."
Jennie tersadar dan segera mengangguk menanggapi panggilan adik bungunya itu "Kau butuh sesuatu? Ada yang sakit?"
"Aniyeo, bisakah.... eonnie mengusap kepala ku" anak kedua Hwang Siwon itu terdiam sejenak mencerna kalimat adiknya.
"Sireo?" tanya Lisa karena tidak kunjung mendapatkn jawaban.
"Eoh, aku akan mengusapnya" tangan mungil Jennie bergerak dengan perlahan.
Gadis itu ragu tapi di sisi lain hatinya juga menginginkan hal itu "Apa kepala mu terasa pusing?"
"Tidak, aku hanya ingin eonnie mengusapnya. Tidak masalah, bukan?"
Jennie mengangguk pelan "Katakan saja jika kau mau sesuatu, aku akan memenuhinya"
Mata bulatnya mengedar mencari sesuatu ke seluruh sudut ruangan "Mereka sedang makan malam, sebentar lagi akan datang"
"Jennie eonnie tidak makan?" Tanya Lisa lemah.
"Nanti, setelah mereka kembali aku akan makan di samping mu" Lisa tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Tapi mendapati sikap lemah lembut Jennie padanya benar - benar membuat hatinya tenang dan senang.
Jika saja sedari awal keadaannya seperti ini, mungkin hidupnya akan lebih mudah dan menyenangkan.
"Kenapa menatap ku seperti itu?" Tanya Jennie yang mendapati Lisa terus menatapnya.
"Apa ini mimpi?" Tanya bungsu Hwang itu mengabaikan pertanyaan kakak keduanya.
"Aniyeo, ini bukan mimpi. Ini nyata dan aku memang sedang mengusap kepala mu" jawab Jennie meyakinkan.
"Jika pun ini mimpi, tolong jangan pernah bangunkan aku dari mimpi ini"
.
.
.
.
Gadis berponi itu tengah di kerumuni oleh banyak orang di sisinya. Mulai dari tatapan sendu sampai ocehan panjang yang Tiffany lemparkan padanya.
"Arraseo?" Lisa tersadar setelah wanita yang sekarang berstatus sebagai ibunya itu bertanya.
"Apa Lisa mendengarkan, eomma?" Gadis itu mengangguk kaku membuat Tiffany tersenyum senang.
"Besok kalian harus kembali ke sekolah dan kampus, pulanglah ke mansion. Appa dan eomma yang akan menjaga adik kalian"
Jisoo menggeleng "Besok tidak ada kelas, lagi pula aku masih ingin terus bersama Lisa"