Bagian 17-Wisata Ketahan Petaka

1.3K 102 1
                                    

Hai, readers! Bagaimana ceritanya? Seru, garing, atau seru dan garing? Terus baca sampai akhir cerita, ya! Vote, comment, dan jaga kesehatan. Perbanyak ibadah.
Selamat membaca.
{°°°}

Gue mengecek penampilan gue sekali lagi. Setelah bayangan gue terlihat rapi di cermin, gue pun menampakkan senyuman. Kenapa gue melakukan hal itu? Karena setelah ibadah subuh tadi, gue langsung dandan, hendak berwisata dengan keluarga. Sebenarnya bukan wisata, cuma bermain bersama aja. Ya, gitu lah pokoknya.

Karena jam masih menunjukkan pukul lima lebih tiga puluh menit, gue pun berniat sarapan terlebih dahulu. Sebelum ke rumah ibu, gue harus ke toko depan untuk mengantar barang. Ya, gue tahu hari ini bukan jadwal kerja. Cuma, kayak bulan kemarin, gue mau capai target lebih cepat jadi bisa santai. Karenanya, kembali ke topik awal, gue langsung keluar kamar dan menggandong tas kecil gue.

Ketika suara klek pintu terdengar, gue bisa melihat Bu Ika tengah menyapu lantai. Gak tega melihat seorang wanita paruh baya membersihkan debu begitu, gue langsung mendekati beliau. Gini-gini gue baik hati, ya. Eun Woo juga tahu.

"Biar Sena aja, bu."ujar gue sambil memberikan senyuman. Gue tahu, Bu Ika pasti langsung muntah ketika lihat senyuman gue. Gue tahu, gue tahu.

"Makasih,"balas Bu Ika. Dia memberikan senyumannya pada gue. Untung, gak muntah.

Gue mulai menyapu sisa debu itu hingga keluar rumah. Gue senang kalau menyapu sampah kayak gini. Hal itu seolah tengah membuang kenangan lama yang menyakitkan. Tapi, kalau udah disapu, debu terkadang masih ada di lantai. Kenangan masih berbekas di hati. Makanya untuk membuat lantai ini semakin berkilau, gue segera berjalan  ke kamar mandi. Di sana, gue mengambil lap pel dan ember. Pastinya, gue mau ngepel. Masa bawa pel-an mau lamaran, kan gak lucu.

Sambil melap lantai yang kini berubah menjadi bening, gue mulai menyusun rencana untuk sampai ke rumah ibu. Gue gak bisa ke sana naik Baby Cheetah. Dia masih di rumah Kana. Parahnya, Kana kemungkinan gak ada di rumah karena ia bilang tengah di Jakarta sama Bang I. Gak mungkin dia tiba-tiba ada di Bandung dalam waktu satu detik, kan? Maaf, dia bukan Angry Birds yang bisa pakai pintu kemana saja. Atau Doraemon yang selalu gunakan ketapel buat terbang ke tempat yang dituju. Eh, kebalik gak, ya?

Nah, maka dari itu gue berniat buat ajak Entog ikut wisata juga. Kasihan gue sama dia, kerja terus bahagia enggak. Sekali pun ketawa, dipaksa. Gue gak tega sama dia yang kalau senyum aja harus mikirin hal lain. Makanya, gue akan membawa Entog untuk membebaskan pikirannya.

Tangan gue menyandarkan tongkat pel pada ujung kusen. Walaupun gue tahu gue aja gak ada bahu untuk bersandar, tapi gue berusaha agar gak membuat alat pel itu jatuh menimpa lantai. Lalu dengan terampil, tangan gue mulai membuka handphone. Gue mencari nama Entog, dan tanpa ragu gue menelponnya. Gue tahu, dia pasti tengah bersama 'Pevita Pearce' versi keciduk nyanyi lagu teletubis. Makanya gue siap kalau dia enggak angkat panggilan dari gue.

"Hallo, kenapa Sen?".

Vvvuset! Dia jawabnya lebih cepat dari perkiraan gue. Wah, syukurlah. Akhirnya Entog menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.

"To, gue mau ke rumah ibu. Udah gitu, mau jalan-jalan. Lo ikut, ya."

Senyum gue mengembang kala itu. Gue sangat bahagia karena Entog bisa mendengarkan gue di waktu subuh. AKHIRNYA!

"Duh, sorry banget. Gue ada acara sama Iren. Ini gue lagi nunggu dia di depan rumahnya. Makanya gue stand by di hp."

Abah Dosen [COMPLETED] | TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang